kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / Merayu Tesla Masuk Ke Proyek Baterai Lithium RI

Merayu Tesla Masuk Ke Proyek Baterai Lithium RI

Kamis, 26 November 2020 23:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia [Dok. JPNN]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut pihaknya hingga saat ini masih mencoba merayu perusahaan mobil listrik besutan Elon Musk, Tesla, untuk mau bergabung dalam proyek baterai lithium di RI.

Meski belum mendapat kepastian dari Elon, namun Bahlil menyebut dua investor lain dari Jepang dan Amerika Serikat (AS) telah menyatakan minatnya mengambil bagian dari proyek mega tersebut.

"Sekarang masuk lagi Jepang sama Amerika Serikat, kemungkinan besar lagi rayu Tesla untuk masuk," kata Bahlil secara daring pada East Java Investival 2020, Kamis (26/11/2020).

Jepang dan AS akan melengkapi formasi sebelumnya yang dibuat antara RI dengan China dan Korea Selatan. Kedua perusahaan tersebut ialah Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) dan LG Chem Ltd.

Keduanya, menurut Bahlil, sudah menandatangani kontrak kerja sama dari hulu hingga ke hilir.

Setelah menemukan investor, pada 2021 mendatang ia bilang proyek akan mulai dijalankan untuk mengejar produksi di 2023.

"Sudah ada dua perusahaan besar yang sudah tanda tangan kontrak dari hulu sampai hilir. Satu dari China, satu dari Korea Selatan, mulai 2021 sudah jalan, 2023 sudah produksi," jelasnya.

Secara terpisah, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyatakan Indonesia akan memiliki industri baterai lithium atau baterai untuk kendaraan listrik pada 2023.

"Tadi malam kami mendiskusikan roadmap baterai lithium dan kami percaya pada 2023 bisa memproduksi baterai lithium dengan teknologi terbaru NMC811," kata Luhut pada diskusi daring Investment Summit, Rabu (25/11/2020).

Dia optimis Indonesia dapat menjadi salah satu pemain kunci dalam rantai pasokan industri kendaraan listrik. Pasalnya, Indonesia memiliki 85 persen dari material yang dibutuhkan seperti nikel, bauksit, timah, tembaga, hingga karet.

Khusus untuk nikel, Indonesia merupakan negara dengan cadangan terbesar dunia dan secara harga pun Luhut menyebut Indonesia dapat bersaing dengan menawarkan harga lebih murah dari Australia.

Sehingga, ia yakin industri kendaraan listrik dapat dibangun di dalam negeri. "Kita mungkin akan memiliki mobil buatan Indonesia tak lama lagi," lanjut dia. (CNN Indonesia)

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda