Misteri Dalang Peristiwa G30S PKI, Akademisi: Seharusnya Pemerintah Fasilitasi Sejarawan Ungkap Kebenaran
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Dosen Jurusan Sejarah FKIP USK, Mawardi Umar. [Foto: for Dialeksis]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - G30S PKI atau gerakan 30 September adalah salah satu peristiwa sejarah bangsa Indonesia yang melibatkan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Peristiwa penculikan sejumlah jenderal TNI itu terjadi pada malam 30 September 1965 di Ibu Kota Jakarta.
Memperingati peristiwa G30S PKI, Dosen Jurusan Sejarah FKIP USK, Mawardi Umar mengatakan, peristiwa itu adalah historis yang tidak bisa dibantah, di mana enam jenderal serta satu perwira TNI Angkatan Darat dibunuh dalam peristiwa itu.
“Itu semua adalah fakta. Yang menjadi perdebatan adalah siapa sebenarnya dalang dari peristiwa tersebut. Terdapat banyak hipotesis tentang hal tersebut,” ujarnya kepada Dialeksis.com, Sabtu (30/9/2023).
Mawardi mengatakan, dalam hipotesis yang umum berlaku (hipotesis negara) adalah PKI yang menjadi dalang G30S PKI. Ada juga yang menduga dalangnya adalah Suharto yang ingin menyingkirkan perwira militer saingannya.
Selanjutnya, kata dia, ada juga yang berhipotesis bahwa dalang sebenarnya adalah CIA dalam upaya membendung komunis yang mulai berkembang di Indonesia dalam paket perang dingin mereka.
“Untuk mencari kebenaran, seharusnya semua kelompok yang berkepentingan harus terbuka dan memberi akses kepada sejarawan untuk menggunakan dokumen mereka dan siap menerima apapun hasil riset tersebut,” ucapnya.
Malahan, sambungnya, lebih baik pemerintah perlu membiayai riset tersebut dengan tidak menentukan hasilnya, agar narasi sejarah bangsa ini sesuai dengan faktanya, bukan menurut kepentingan kelompok tertentu.
Oleh sebab itu, menurutnya, film G30S PKI, walaupun penuh subjektivitas, tidak perlu dilarang dan juga tidak perlu diwajibkan menonton, karena tafsiran seseorang berbeda terhadap peristiwa historis sah-sah saja.
“Filmnya tidak dilarang, karena 2 malam yang lalu masih diputar di Trans 7,” sebutnya.
Komunis secara ideologis, menurut Mawardi, tetap ada dan akan terus ada sampai kapanpun dan dimanapun kalau masyarakatnya belum Sejahtera.
“Ideologi komunis akan mati sendiri kalau masyarakat Indonesia sudah sejahtera. Yang penting adalah melihat ideologi Marxis sama dengan melihat ideologi yang lain seperti Kapitalis, karena sama bahayanya dan juga sama tidak bahayanya, tergantung dari sudut mana kita melihatnya,” ungkapnya.
Lalu, kata dia, untuk menghindari jangan terulang lagi, sebaiknya generasi muda dibekali dengan nilai-nilai agama yang kuat sejak kecil dan juga memperkuat materi pembelajaran sejarah bagi siswa sekolah untuk menanam nilai-nilai karakter yang baik bagi mereka, sehingga mereka dapat memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Selain itu, lanjutnya, para pemimpin pada tingkat apapun di negeri ini perlu memberi contoh yang baik sehingga bisa menjadi panutan bagi generasi muda.
- Mengenang Peristiwa G30S/PKI, Yusri Kasim: Penanaman Ideologi Pancasila dan Wawasan Kebangsaan Sangat Penting
- Ini Kesepakatan FORDEK AIPKI 2023 yang Digelar di Banda Aceh
- Terkait UU Kesehatan, AIPKI: Kita Bantu Pemerintah Hasilkan Dokter Berkualitas
- Dukung Polri, Komisi III DPR: Ancaman Oknum BRIN Mirip PKI