Paket Wisata Indonesia Senilai Rp83,6 Miliar Terjual di Vietnam
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Konsulat Jenderal RI di Ho Chi Minh, bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata RI telah mempertemukan 20 pelaku bisnis pariwisata Indonesia dengan 40 mitra bisnis di Vietnam dalam sebuah forum bisnis yang diselenggarakan di Ho Chi Minh City, Kamis (12/9/2019).
Forum bisnis pariwisata tersebut mencatatkan nilai transaksi mencapai Rp83,6 miliar dari paket wisata sebanyak 8.536 pak, demikian disebutkan dalam keterangan tertulis KJRI Ho Chi Minh City, Sabtu (14/9/2019).
Nilai ini naik 23 persen dibandingkan dengan hasil kegiatan yang sama sebelumnya di Ho Chi Minh City pada akhir Maret 2019 sebesar Rp 67 miliar.
Hasil yang sangat positif ini menjadi salah satu dasar pemerintah menaikkan target kunjungan wisatawan asal Vietnam menjadi 123 ribu pada 2019 dari jumlah 76 ribu pada 2018.
Optimisme target peningkatan kunjungan yang hampir mencapai dua kali lipat tersebut didukung fakta pertumbuhan ekonomi Vietnam yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir, yang telah meningkatkan jumlah kelas menengah atas di Vietnam yang melakukan wisata ke luar negeri.
Pada 2018, jumlah wisatawan Vietnam yang melakukan kunjungan wisata ke luar negeri meningkat pesat menjadi 9,7 juta.
Berkaitan dengan hal itu, Kemenpar RI memberikan apresiasi atas keberhasilan Dubes RI Hanoi dan Konjen RI Ho Chi Minh City dalam membantu dibukanya penerbangan langsung rute Ho Chi Minh City-Bali pada akhir Mei 2019, yang diyakini telah memberikan dorongan tambahan bagi peningkatan kunjungan wisatawan asal Vietnam.
"Pengamatan kami menunjukkan jalur penerbangan langsung ini hampir selalu penuh dan memiliki potensi besar untuk ditingkatkan frekuensi penerbangannya," ujar Surahmat, pejabat Kemenpar RI yang hadir di Ho Chi Minh City.
Konjen RI di Ho Chi Minh City, Hanif Salim menyampaikan bahwa upaya memperkuat konektivitas merupakan salah satu bukti nyata dukungan pemerintah terhadap pengembangan usaha pariwisata di Indonesia.
Menurut dia, konektivitas masih menjadi kendala pengembangan sektor pariwisata antara kedua negara.
"Sampai saat ini baru ada penerbangan langsung Ho Chi Minh City-Jakarta satu kali sehari, sedangkan Ho Chi Minh City-Bali baru dibuka dan hanya melayani lima kali seminggu, jadi memang masih sangat kurang," kata Hanif.
Seluruh penerbangan langsung Indonesia-Vietnam saat ini hanya dilayani oleh maskapai penerbangan Vietnam yakni Vietjet.
Maskapai tersebut telah mendapatkan keuntungan besar dari rute Ho Chi Minh City-Bali yang telah terjual 85 persen hingga akhir Oktober 2019.
Vietjet bahkan sedang mengupayakan penambahan slot penerbangan rute ini dua kali lipat menjadi 14 kali seminggu.
Selain itu, maskapai penerbangan Vietnam lainnya yaitu Vietnam Airlines juga dalam waktu dekat akan menambah rute baru Ho Chi Minh City-Bali.
"Hal ini merupakan PR kita bersama untuk mengupayakan maskapai penerbangan Indonesia juga dapat mengambil peluang untuk melayani rute yang potensial tersebut," kata Hanif.
Sehubungan dengan hal tersebut, KJRI HCMC mendukung penuh keiinginan Sriwijaya Airline maupun Citilink untuk membuka rute Jakarta-Ho Chi Minh City, Bali-Ho Chi Minh City, dan Jakarta-Hanoi dalam waktu dekat.
Selain itu, Konjen RI bersama seluruh pihak terkait juga akan terus mengupayakan pembukaan penerbangan langsung ke kota-kota potensial lainnya, seperti Yogyakarta dan Surabaya.
"Kami telah mengusulkan pembukaan penerbangan langsung Ho Chi Minh City-Yogyakarta pada saat kunjungan Gusti Kanjeng Ratu Hemas ke Ho Chi Minh City pada awal September 2018, dan beliau sangat mendukung ide tersebut dan berharap dapat direalisasikan tahun ini atau awal 2020," tutur Hanif.
Sebagai salah satu perwakilan pemerintah Indonesia di Vietnam, Konjen Hanif berharap semua peluang serta dukungan pemerintah Indonesia dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pelaku bisnis pariwisata Indonesia untuk secara secara agresif dan menjadi pionir memasuki pasar Vietnam.
Pelaku usaha diminta semakin giat menjual paket-paket potensial wisata Indonesia, termasuk yang menjadi prioritas pengembangan pemerintah yaitu destinasi 10 Bali Baru.
"It is now or never, jangan terlambat," tegas Hanif.
Sebagai langkah strategis promosi pariwisata di tahun mendatang, Hanif mengharapkan Kemenpar RI dapat memanfaatkan momentum Vietnam memegang Keketuaan ASEAN pada 2020 dengan lebih gencar melakukan misi perdagangan untuk mempromosikan lima destinasi super prioritas yang saat ini belum dilakukan di Vietnam. (red/Antara)