Senin, 18 Agustus 2025
Beranda / Berita / Nasional / Panen Raya Perdana, Kacang Koro Pedang Disiapkan Jadi Bahan Pangan Lokal

Panen Raya Perdana, Kacang Koro Pedang Disiapkan Jadi Bahan Pangan Lokal

Senin, 18 Agustus 2025 17:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Suasana panen kacang koro pedang di Gampong Lampeudaya, Aceh Besar. [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Belasan relawan bersama petani mitra Rumoh Pangan Aceh (RPA) memetik kacang koro pedang dari lahan hijau seluas hampir setengah hektar di Gampong Lampeudaya, Aceh Besar.

Ini sebagai bentuk panen raya perdana kacang koro pedang di Aceh yang digadang-gadang menjadi solusi alternatif pengganti kedelai impor.

Direktur RPA, Rivan, mengatakan panen perdana ini menghasilkan 250 kilogram kacang koro pedang dari lahan awal 0,4 hektar.

"Ini baru tahap awal, karena total lahan yang ditanam di lokasi ini mencapai 1 hektar, tapi kita lakukan secara bertahap. Kami ingin memastikan kualitas dan hasil yang optimal,” ujarnya kepada Dialeksis.com, Senin (18/8/2025).

Rivan menjelaskan, saat ini RPA bersama sekitar 50 petani mitra telah menanam kacang koro pedang di lahan seluas 10 hektar, tersebar di tiga kabupaten: Aceh Besar, Banda Aceh, dan Aceh Selatan.

Menurutnya, komoditas ini memiliki produktivitas tinggi, yakni 5 hingga 12 ton per hektar per tahun, dengan keunggulan bisa dipanen berkali-kali, berbeda dengan kacang tanah maupun kedelai yang umumnya hanya sekali setahun.

“Data kita menunjukkan Aceh membutuhkan sekitar 500 ton kedelai per bulan. Jika 30 persen saja digantikan dengan kacang koro pedang, itu berarti kita bisa mengurangi ketergantungan terhadap kedelai impor sebesar 150 ton per bulan atau 1.800 ton per tahun,” jelas Rivan.

Seluruh hasil panen perdana ini akan dimanfaatkan untuk bahan baku tempe dan keripik tempe. RPA sudah menggandeng tiga rumah tempe mitra, termasuk Rumah Tempe InoPI (Inovasi Pangan Indonesia), yang bahkan sudah mulai memproduksi tempe berbahan campuran kacang koro pedang.

“Dengan adanya bahan baku lokal ini, produsen tempe bisa punya alternatif yang lebih stabil dan berkelanjutan. Konsumen pun akan diperkenalkan dengan tempe rasa baru yang tetap bergizi,” tambah Rivan.

Program pengembangan kacang koro pedang ini didukung oleh GAIN (The Global Alliance for Improved Nutrition) sejak Februari 2025.

Dukungan juga datang dari THP Universitas Syiah Kuala, British Council, dan konsultan pangan Narasa Indonesia. Sinergi ini menurut RPA menjadi bukti bahwa ketahanan pangan bisa terwujud dengan kolaborasi lintas sektor, baik lokal maupun internasional.

Lebih dari sekadar pengganti kedelai impor, program kacang koro pedang ini dirancang dengan prinsip pertanian berkelanjutan.

"Kita ingin menghadirkan pangan lokal yang tidak hanya menyehatkan masyarakat, tetapi juga ramah lingkungan dan mampu mengurangi jejak karbon rantai pasok pangan,” tutur Rivan.

Dalam waktu dekat, RPA bersama InoPI akan membuka pemesanan tempe kacang koro secara luas. Informasi resmi mengenai pemasaran akan diumumkan melalui akun media sosial resmi @rumohpanganaceh dan @rumahtempeinopi.

“Ini langkah awal yang penting. Dari lahan-lahan kecil dan petani lokal, kita bisa memulai gerakan besar untuk mengurangi ketergantungan pada impor. Dan yang lebih penting, masyarakat Aceh akan punya pilihan pangan baru yang sehat, bergizi, sekaligus mendukung ekonomi lokal,” pungkas Rivan. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI