Para ulama perempuan tegaskan komitmen kebangsaan
Font: Ukuran: - +
ulama perempuan menjaga keutuhan bangsa (foto:antara)
DIALEKSIS.COM, Jakarta - Ulama perempuan se-Jawa dalam halakah di Semarang, Jawa Tengah pada 27-29 Maret 2018 menegaskan komitmen terhadap bangsa dan negara.
"Ulama perempuan siap menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI," kata pengasuh Pondok Pesantren Thariqah Mu'tabarah Semarang Nyai Jauharotul Farida dikutip dari siaran pers, di Jakarta, Jumat (30/3).
Kepala Pusat Studi Gender dan Anak UIN Walisongo itu, juga menegaskan Indonesia sebagai negara yang kaya keanekaragaman tidak boleh bubar. Hal senada dikemukakan Nyai Kamila Hamidah , pengasuh Pondok Pesantren Maslakul Huda Al Kautsar Kajen, Pati.
Dalam pernyataan sikap mereka, bahwa berdiri negara Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran ulama. "Jejaring ulama dan agamawan mampu menyatukan seluruh kelompok masyarakat serta membentuk konsensus bersama melawan kolonialisme dan membentuk negara berdaulat. Itulah yang harus kita hormati bersama," katanya lagi.
Upaya untuk menjaga persatuan dalam keragaman, ulama perempuan menegaskan perlu memperkuat paham Islam moderat kekuatan Islam nusantara yang memiliki keragaman budaya, sosial, dan ideologi.
"Dengan Islam moderat ini, Negara Kesatuan Republik Indonesia akan tetap kokoh berdiri sebagai negara yang plural, menghargai segala bentuk perbedaan," kata Kamila.
Ia mengatakan perlu memperkuat jaringan ulama perempuan dalam upaya edukasi pencegahan tindak radikalisme dan terorisme di daerah masing-masing, karena radikalisme dan terorisme yang masuk ke ranah generasi muda ikut mengancam kesatuan negara.
Ulama perempuan juga menegaskan penting meneguhkan toleransi beragama sebagai pilar penting persatuan dan kesatuan Indonesia, meneguhkan kembali Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan Undang Undang Dasar 1945 sebagai ideologi bangsa yang tidak dapat digantikan, serta mendorong pelaksanaan di tengah masyarakat.
Pada tahun politik sekarang ini, ulama perempuan menyatakan persaudaraan lahir dan batin perlu dijaga serta segala ujaran kebencian dan berita bohong harus dihentikan.
"Perbedaan pilihan bukan untuk memutus tali silaturahmi. Kedewasaan berpolitik menjadi sangat penting," kata Kamila. (sumber media)