kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / Pasca Gempa, Pertumbuhan Ekonomi NTB Diperkirakan Minus

Pasca Gempa, Pertumbuhan Ekonomi NTB Diperkirakan Minus

Jum`at, 17 Agustus 2018 19:05 WIB

Font: Ukuran: - +

Foto: Liputan6

Dialeksis.com - Gempa Lombok tidak hanya menimbulkan korban jiwa, kehilangan, kesedihan, dan rasa cemas di tengah masyarakat. Rentetan gempa yang dimulai Minggu (29/7) berkekuatan 6,4 SR, lalu 7 SR pada Minggu (5/8), hingga 6,2 SR pada Kamis (9/8) benar-benar membuat perekonomian babak belur bahkan sempat lumpuh.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTB, Achris Sarwani mengatakan pasca gempa pertumbuhan ekonomi Lombok pasti akan mengalami kontraksi. Alhasil pertumbuhan ekonomi pada quartal II-2018 sebesar 7,11 persen tidak akan berlanjut bahkan diperkirakan minus.

Achris mengatakan prediksi ini keluar dengan melihat data pertumbuhan ekonomi di daerah yang lebih dulu terdampak gempa selama ini, seperti Yogyakarta dan Padang, meskipun belum tentu akan sama.

"Kalau lihat pengalaman Yogya dan Padang. Memang kalau faktanya sangat menderita. Pertumbuhan ekonomi mereka itu negatif. Kontraksi minus 8 sampai 10 persen. Kami realistis pasti kontraksi sampai akhir 2018," ungkapnya saat ditemui di Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTB, Seperti ditulis Jumat (17/8).

Dia pun belum bisa menyampaikan prediksi pertumbuhan ekonomi Lombok ke depan. Sebab, prediksi tersebut harus melalui kajian yang lebih teliti dan melibatkan stakeholder terkait.

Masih berdasarkan kejadian Yogyakarta dan Padang, menurut dia, paska gempa waktu yang dibutuhkan untuk membuat ekonomi pulih pun cukup panjang. "Mereka (Yogyakarta dan Padang) waktu itu untuk recovery itu 1 tahun. Di sini kalau dengan base line itu ya seperti itu," jelasnya.

Meskipun demikian, dia mengaku optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Lombok tidak akan jatuh terlalu dalam. Sebab masih ada wilayah yang dapat dijadikan pendorong aktivitas perekonomian yakni Lombok bagian selatan. Wilayah tersebut tidak terdampak signifikan oleh gempa.

"Kita kan punya yang masih bagus. Daerah Selatan memang merasakan gempa juga tapi tidak rusak. Kita berharap tidak selama yang di Yogya dan Padang. Jangan sedalam Yogya dan Padang minus 8 sampai 10 persen. Karena kita punya tempat yang masih bagus. Dan kalau kita percepat mesin ekonominya, bisa meng-cover," imbuhnya.

Sementara dari sisi kinerja inflasi, menurut Achris masih bisa terjaga stabil. Sebab stok barang, terutama bahan pangan masih cukup. Tinggal para pelaku usaha perlu didorong untuk kembali memulai aktivitas bisnisnya.

"Kalau inflasi rasanya masih bisa terjaga. Kalau terkait pasokan bahan makanan. Itu masih cukup karena di sini penghasil ya," tegasnya. (Merdeka)

Keyword:


Editor :
Sammy

riset-JSI
Komentar Anda