Peneliti Akui Sadar Posting Status Kasar, Sekarang Lagi Proses Melalui Majelis Etik
Font: Ukuran: - +
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko.
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pemberitaan nasional dihebohkan komentar peneliti BRIN AP Hasanuddin yang mengancam akan membunuh warga Muhammadiyah. Hal itu disebabkan dirinya gagal mengakui perbedaan pandangan ijtihadi penetapan 1 syawal.
Muhammadiyah menetapkan 1 syawal dengan metode Hisab yang jatuh pada Jumat 21 April 2023. Sementara negara dan sejumlah ormas Islam menetapkan awal Syawal sehari kemudian berdasarkan hasil rukyat yang tak menyaksikan hilal.
AP Hasanudin dinilai membuat postingan yang kasar dan merusak kerukunan, moderasi beragama, dan persatuan bangsa.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengimbau publik tak terpancing dengan isu yang beredar terkait komentar viral oknum peneliti di media sosial mengenai perbedaan penetapan Lebaran 2023.
Dia menyayangkan hal itu dan segera melakukan pengecekan terhadap internal BRIN. "Sangat disayangkan, perbedaan ini memicu isu yang kurang produktif dan disinyalir terkait dengan salah satu sivitas BRIN," kata Handoko dalam keterangan di Jakarta kemarin.
Handoko menjelaskan jika penulis komentar itu dipastikan aparatur sipil negara BRIN, maka sesuai regulasi yang berlaku BRIN akan memproses melalui Majelis Etik ASN, dan setelahnya dapat dilanjutkan ke Majelis Hukuman Disiplin PNS sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021.
Saat ini, tangkapan layar komentar pakar astronomi BRIN itu kian merebak setelah konten yang serupa juga diperbincangkan melalui platform media sosial Twitter. Bahkan, isu ini telah masuk tren di Indonesia.
Dalam komentar viral pada media sosial tersebut, AP Hasanuddin meluapkan kemarahannya kepada Muhammadiyah atas penetapan 1 Syawal 1444 Hijriah pada 21 April 2023. Dia menyebut organisasi masyarakat itu telah disusupi oleh Hizbut Tahrir dan mengancam akan membunuh warga Muhammadiyah. Bahkan, Hasanuddin mengaku tidak takut bila komentarnya itu dilaporkan dan siap dipenjara terkait ancaman pasal pembunuhan.
"Saya capek lihat pergaduhan kalian," tulis Hasanuddin.
Melalui surat pernyataannya, AP Hasanuddin mengaku komentar itu dibuat secara sadar yang dilandasi rasa emosi dan ketidakbijaksaan saat melihat akun media sosial atasannya yang diserang oleh sebagian besar warga Muhammadiyah yang tidak terima atas unggahan pada akun tersebut.