Pengamat Nilai Moeldoko Tidak Akan Laku Lagi Walau Buat Parpol Sekalipun
Font: Ukuran: - +
Reporter : Akhyar
Kepala P2P-LIPI sekaligus Pengamat Politik, Prof Firman Noor. [IST]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P-LIPI), Prof Firman Noor mengatakan, Partai Demokrat saat ini laksana PDI-Perjuangan di jaman dulu. Semakin ditempa, mereka semakin moncer.
Secara tidak langsung, lanjut Prof Firman, Partai Demokrat sangat diuntungkan oleh Moeldoko. Hantaman demi hantaman yang diterima Demokrat di bawah kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) malah semakin membuat nama Demokrat meroket.
“Sosok AHY juga cukup mencuri perhatian di kalangan ibu-ibu. Memang jadi semacam alternatif lain selain Ganjar, Prabowo, dan Anies. Semacam alternatif baru dari sisi karakternya dan juga dari kesegaran idenya sebagai anak muda. Kalau seperti ini terus, saya yakin malah naik elektabilitasnya,” ujar Prof Firman Noor, Jakarta, Minggu (12/9/2021).
Selaku pengamat politik, Prof Firman juga menilai bahwa Moeldoko tidak akan laku lagi. Hal ini disebabkan karena manuver politik yang dimainkan Moeldoko sangat buruk saat mengkudeta Partai Demokrat tempo hari lalu. Namun, terlepas apakah Moeldoko akan mendirikan partai baru atau tidak, sosok Moeldoko sudah meredup di kalangan publik saat ini.
“Sejauh di sana ada nama Moeldoko, saya yakin tidak akan laku,” ungkap Prof Firman.
Selama ini, kata Prof Firman, frame out yang terlihat untuk sebuah partai ialah bahwa partai dikelola secara dinastik dimana di internal terdapat kegelisahan dan kekecewaan, sehingga berpotensi untuk digoyang.
Namun, lanjut Prof Firman, frame out yang demikian salah. Tidak saja pengurusnya masih solid meskipun mereka sadar bahwa meraka berada di periode dinastik, tapi mereka juga melawan seperti yang dilakukan Gubernur Banten untuk membubarkan ulang tahun Demokrat versi Moeldoko.
Supaya Demokrat tetap harmonis, Prof Firman menyarankan agar Demokrat tetap melanjutkan spiritnya saat ini. Kemudian dengan jalinan komunikasi yang cair serta mempercayakan kepengurusan pada anggota yang selama ini loyal.
“Lalu, juga terus melawan bentuk apapun atau upaya sekecil apapun untuk mendegradasi Demokrat. Karena kalau tidak dilawan, justeru semakin berani. Dalam pengertiannya juga jangan lemah. Artinya harus terus bereaksi ketika ada aksi-aksi yang membahayakan demokrat ke depan,” pungkas Prof Firman.