Pertamina Revisi Kapasitas Kilang Baru EV-EBT
Font: Ukuran: - +
Sumber : cnbcindonesia.com
DIALEKSIS.COM | Jakarta - PT Pertamina (Persero) merevisi target peningkatan kapasitas pengolahan minyak mentah dari proyek pengembangan kilang, dari yang mulanya ditargetkan meningkat menjadi 2 juta barel per hari (bph), kemudian dikoreksi menjadi hanya 1,425 juta bph.
Adapun kapasitas pengolahan minyak mentah (input) kilang minyak Pertamina saat ini baru sebesar 1 juta bph.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan perseroan mengkaji ulang penambahan kapasitas kilang baru ini karena pemerintah bakal mendorong pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dan juga kendaraan listrik.
"Rencana pengembangan kilang ada perubahan, kami review kembali dengan pemerintah dorong ke renewable energy dan electric vehicle (EV) battery dan manufacturing. Pertamina align, dari target double capacity 1 juta bph saat ini lalu ditargetkan menjadi 2 juta bph, direvisi menjadi 1,425 juta bph," kata Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VII, Senin (31/05/2021).
Nicke merinci, tambahan 425.000 bph ini akan berasal dari 300.000 bph dari Grass Root Refinery (GRR) Tuban, Jawa Timur, lalu 100.000 bph dari Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, Kalimantan Timur, dan 25.000 dari Kilang Balongan, Jawa Barat.
"Sebesar 425 ribu bph akan berasal dari 300 ribu bph dari Kilang Tuban, 100 ribu bph dari RDMP Balikpapan, dan 25 ribu bph dari RDMP Balongan. Jadi peningkatannya adalah 425 ribu bph, terbesar penambahan dari GRR Tuban," jelasnya.
Seperti diketahui, Pertamina kini mengoperasikan enam kilang BBM dan tengah membangun proyek ekspansi kilang, baik RDMP maupun kilang baru (GRR). Proyek RDMP antara lain kilang Balikpapan, Dumai, Balongan, dan Cilacap, dan kilang baru di Tuban, serta proyek kilang hijau atau dikenal dengan nama biorefinery di kilang Plaju dan Cilacap.
Berdasarkan data Pertamina per Februari 2021, total investasi untuk sejumlah proyek kilang tersebut mencapai US$ 43 miliar atau sekitar Rp 602 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per US$).
Proyek ini ditargetkan memproduksi BBM sekitar 1,2 juta bph dari saat ini sekitar 600 ribu bph, lalu produksi petrokimia naik menjadi 12 juta ton per tahun dari saat ini sekitar 1,66 juta ton per tahun. Adapun BBM yang dihasilkan memiliki standar Euro V dari saat ini masih standar Euro II.
(wia)