Pisang Mulu Bebe Idola Pemuda Halmahera Barat
Font: Ukuran: - +
Dialeksis.com - Sektor pertanian di bagian timur Indonesia makin unjuk gigi seiring kebangkitan kaum muda taninya. Ini terjadi di Kabupaten Halmahera Barat, yang merupakan bagian dari Provinsi Maluku Utara. Halmahera Barat sendiri merupakan penghasil hortikultura utama, selain perkebunan, di Maluku Utara. Hasilnya beragam, antara lain pala, manggis, rambutan, durian, pisang dan sayur-sayuran.
Akan halnya pisang, berbagai jenis varietas ditemukan di sini, seperti Mulu Bebe (Mulut Bebek). Goroho, Jarum, Sepatu dan Tanduk. Dari berbagai ragam tersebut, yang paling menjadi andalan petani di Halmahera Barat adalah Mulu Bebe. Jenis pisang lokal inilah yang sekarang ini sedang menarik perhatian para petani muda di Halmahera Barat.
Fenomena inilah yang ditemui saat Wakil Ketua Komisi 4 DPR RI, Michael Wattimena, beserta Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Suwandi, melakukan kunjungan kerja ke Maluku Utata, termasuk ke Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat. Michael sekaligus melakukan deklarasi 'Profesi Petani sebagai Unggulan" serta bersama-sama stakeholder terkait mencanangkan promosi pisang Mulu Bebe.
Salah seorang petani muda yang berhasil ditemui di Halmahera Barat adalah Arnold. Lelaki berusia 38 tahun ini sudah dua puluh tahun menjadi petani. Di lahannya, berbagai jenis tanaman ditemui, yang merupakan kombinasi tanaman hortikultura dan perkebunan, yakni pala, durian dan tentu saja tanaman andalan di sini, pisang Mulu Bebe. Semula, lelaki yang tinggal di Desa Gamniyal, Kecamatan Sahu Timur ini, hanya bertanam pisang asal-asalan. Pisang dibiarkan tumbuh begitu saja.
Dalam dua tahun terakhir, Arnold mengubah cara budidayanya menjadi lebih tertata. Dalam satu hektar tanah miliknya, pisang ditanami dengan jarak 3x3 meter. Dalam satu rumpun, maksimal hanya 4-5 anakan pisang yang dirawat. Jika lebih, anakan tersebut dipindah ke tempat lain. Pembatasan anakan ini dilakukan agar buah pisang yang tumbuh tidak berebut makanan. Buah yang dihasilkan akan cukup besar sesuai standar pasar.
Kelebihan lainnya dari kebun pisang para petani Halmahera Barat, termasuk kebun Arnold adalah tidak adanya pemakaian pupuk kimia. Luas lahan pertanian yang relatif masih luas dibandingkan dengan jumlah petaninya menyebabkan banyak petani di sini melakukan pindah lahan ke tanah terdekat miliknya untuk melakukan penanaman berikutnya. Begitu yang dilakukan selama beberapa kali hingga akhirnya penanaman kembali ke lokasi awal. Praktik tradisional ini dilakukan untuk memastikan kesuburan tanah bisa terus terjaga secara alami. Ini juga yang dilakukan Arnold di kebun pisangnya.
Apakah menanam Mulu Bebe dirasa menguntungkan? Arnold yang ditemui di rumah kepala desa, di sela sela ibadah minggu penduduk yang mayoritas beragama Kristiani, menyatakan dirinya sangat beruntung menjadi petani, terutama petani pisang Mulu Bebe. Per pohon pisang ini dihargai cukup tinggi di pasar lokal, yakni antara Rp 10 ribu sampai Rp15 ribu. Sementara untuk jenis lain, dihargai rata-rata Rp 5 ribu per pohon. Arnold mengaku paling tidak Rp 5 juta diraup dalam sebulan hanya dari satu hektar lahan pisang Mulu Bebe-nya. Dalam waktu dekat, lelaki yang memiliki tiga anak ini, berencana memperluas lahan pisangnya hingga 10 hektar.
Ke depan, Arnold sama sekali tidak memiliki keraguan akan masa depan dari pisang Mulu Bebe ini. Sejak lama, Mulu Bebe sangat digemari masyarakat setempat. Jika masih mentah pisang ini bisa digoreng atau direbus untuk camilan. Jika matang, pisang ini diubah menjadi berbagai penganan seperti kue lokal, kolak dan pisang ijo. Pendek kata, Mulu Bebe adalah makanan tradisi lokal yang digandrungi.
Senada dengan Arnold, petani muda lainnya yang bernama Charles, juga memiliki keyakinan yang sama terhadap pisang Mulu Bebe. Lelaki berusia 43 tahun ini mulanya berprofesi sebagai guru sekolah dasar. Ajakan pemerintah kabupaten untuk mengembangkan berbagai jenis pisang, utamanya Mulu Bebe, membuat Charles memutuskan menambah satu lagi profesi, yakni petani. Jadilah sekarang ia memiliki profesi ganda, yakni guru dan petani. Ia mulai menanam 100 rumpun pisang di kebunnya, dipadukan dengan berbagai tanaman hortikultura lainnya.
Arnold dan Charles jelas merupakan contoh para pemuda yang menyadari bahwa masa depan mereka ada di bidang pertanian, termasuk pisang. Kabupaten Halmahera Barat memang merupakan penghasil utama berbagai jenis pisang. Bupati Danny Missy menjelaskan bahwa hasil pisang dari kabupaten ini sebanyak 8200 ton per tahun atau setara dgn 62 persen dari total produksi provinsi. Untuk pisang Mulu Bebe sendiri yang merupakan pisang khas lokal direncanakan dalam waktu dekat akan mendapatkan sertifikasi dari Kementerian Pertanian.
Ke depan, pisang Mulu Bebe juga direncanakan akan menembus pasar ekspor, selain tetap mampu bertahan untuk mensuplai pasar lokal di wilayah sekitar. Ini ditegaskan sendiri oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara, Idham Sangadji. Idham mengatakan bahwa pemerintah provinsi merencanakan untuk membuat percontohan pisang Mulu Bebe untuk kebutuhan ekspor. Apa yang akan dilakukan ini tentu saja sejalan dengan semangat mendorong komoditas ekspor yang diterapkan oleh Kementerian Pertanian. Dalam beberapa tahun, impor telah dihentikan dan ekspor pisang Indonesia ke berbagai negara mulai dilakukan. (Rel)