Promosikan Indonesia, Penjelajah Dunia Asal Bali Disambut Hangat oleh Konjen RI Cape Town
Font: Ukuran: - +
Konjen RI Cape Town Tudiono mencoba motor sang penjelajah dunia asal Bali, IB Ngurah Wijaya. [Foto: dok. Kemlu/Konjen RI]
DIALEKSIS.COM | Cape Town - Ida Bagus (IB) Ngurah Wijaya, 72 tahun, yang sebelumnya pernah menjelajah kawasan Amerika Utara, Amerika Latin dan Amerika Selatan, memulai kembali petualangannya dengan berkendaraan motor Aprilia 1000 cc dari titik paling Selatan benua Afrika (Cape Town - Afrika Selatan) ke titik paling Utara benua Eropa (Nordkaap - Norwegia).
IB Ngurah Wijaya saat ini berada di Cape Town dan disambut hangat oleh Konjen RI Cape Town Tudiono didampingi Konsul Penerangan, Sosial Budaya Daddy Yuliansyah dan Konsul Konsuler Faiez Maulana di KJRI Cape Town.
Pertemuan dilanjutkan dengan bincang santai sembari santap siang di resto Simon Constantia, yang merupakan kawasan perkebunan anggur yang sudah ada sejak tahun 1685. Kawasan ini sangat indah dengan hamparan anggur hijau dan latar belakang Table Mountain yang menjadi salah satu icon Cape Town yang kesohor.
Berbeda dengan banyak penjelajah yang biasanya mencari emotional satisfaction atau hal-hal lain yang terkait dengan pencapaian diri pribadi, IB Ngurah Wijaya lebih ingin melihat panji merah putih yang tersandang di motornya dihormati dan dikenal orang di sepanjang perjalanannya.
Ia menceritakan kebanggaannya ketika orang-orang di negara yang dilalui memperlakukannya dengan ramah setelah mengetahui dirinya dari Indonesia.
"Dengan memperkenalkan Indonesia, akan banyak orang tahu dan memahami Indonesia. Harapan selanjutnya banyak orang akan berkunjung dan berwisata ke Indonesia. Ini akan turut menghidupkan ekonomi masyarakat sekitar mulai dari penjual kacang, aneka kue, buah-buahan, sampai kerajinan tangan," tuturnya saat berbincang hangat dengan Konjen Tudiono, Selasa (5/12/2023).
Cape Town dipilih IB Ngurah Wijaya sebagai titik awal karena kemampuan ekonomi masyarakatnya yang tinggi, cukup makmur dan maju di banding kota-kota lain di Afrika, sehingga sangat potensial untuk dapat berwisata ke Indonesia.
Menanggapi penuturan Ngurah, Konjen RI menceritakan bahwa selain merupakan titik paling Selatan di Afrika, pilihan Cape Town sebagai titik awal perjalanan sangatlah tepat. Karena Indonesia dan Afrika Selatan, terutama masyarakat Cape Town dan sekitarnya, memiliki kedekatan sejarah dan budaya dengan Indonesia.
Sejarah Indonesia dan Afrika Selatan
Di penghujung abad 17 semasa kolonial, seorang Ulama dan pejuang besar Indonesia, Syekh Yusuf Al Makassari asal Kerajaan Gowa yang menentang penjajahan Belanda di Banten bersama Sultan Ageng Tirtayasa diasingkan ke Cape Town bersama 49 orang pengikutnya. Syekh Yusuf kemudian menjadi orang pertama yang membawa ajaran Islam di Afrika Selatan, dan hingga kini makamnya masih terawat dengan baik di daerah Macassar, Cape Town.
Dalam perkembangannya, figur Syekh Yusuf menginspirasi Nelson Mandela dalam perjuangannya menentang apartheid, sehingga Pemerintah Afrika Selatan menganugerahinya gelar pahlawan nasional di tahun 2005. Sebelumnya di tahun 1995, Syekh Yusuf juga dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh Pemerintah Indonesia.
Di samping itu, berselang hampir 100 tahun kemudian seorang Ulama Indonesia lain, Abdullah bin Qadhi Abdussalam (dikenal dengan Tuan Guru) asal Tidore juga diasingkan dan dipenjara di Robben Island (30 menit dari Cape Town dengan menggunakan boat), pulau tempat Nelson Mandela dipenjara selama 24 tahun karena menentang apartheid. Semasa dipenjara, Tuan Guru menulis ulang Al Qur’an berdasarkan ingatan, yang kemudian setelah diteliti para ahli akurasinya hampir sempurna karena hanya terdapat kesalahan yang sangat sedikit.
Setelah dibebaskan Tuan Guru kemudian tinggal di Cape Town dan mengajarkan Islam kepada penduduk setempat, sehingga kemudian mendapat panggilan Tuan Guru. Tuan Guru pada tahun 1794 mendirikan Masjid pertama di Afrika Selatan, yaitu Masjid Auwal di daerah Bo Kaap yang hingga kini masih digunakan oleh masyarakat sekitar. Makamnya juga masih terawat di pemakaman Tana Baru, masih di area Bo Kaap.
Di samping kedua tokoh tersebut, terdapat sejumlah Ulama Indonesia lainnya yang berperan dalam perkembangan Islam di Afrika Selatan. Pada Desember 2021, Pemerintah Afrika Selatan menetapkan sepuluh makam sebagai national heritage yang enam di antaranya adalah makam Ulama Indonesia yaitu makam Syekh Yusuf Al Makassari (asal Gowa), Tuan Dea Koasa dan Tuan Ismail Dea Malela (asal Sumbawa), Sheikh Mohamed Hassen Ghailbie Shah (pengikut Syekh Yusuf), Tuan Kaape-ti-low (asal Jawa), Abdurahman Matebe Shah dan Sayed Mahmud (asal Sumatera Barat). Dari keturunan orang-orang Indonesia yang datang di Afrika Selatan ratusan tahun lalu, berkembang komunitas Cape Malay yang kini jumlahnya lebih dari 300 ribu orang.
Rencana Indonesian Folk Market di Mossel Bay
Konjen RI Tudiono juga menceritakan bahwa Denpasar dan Mossel Bay memiliki kerja sama Sister City. Dalam pertemuan dengan Walikota Mossel Bay pada 16 November lalu, Walikota Mossel Bay Alderman Dirk Kotze mengharapkan KJRI dapat menyelenggarakan Indonesian Folk Market di Mossel Bay, seperti yang diselenggarakan di Cape Town Oktober lalu yang dihadiri oleh 4.695 pengunjung.
"Menyambut baik undangan Walikota, kami berencana menyelenggarakan Pasar Rakyat Indonesia di Mossel Bay pada April 2024," sebut Konjen RI.
Konjen RI berharap Pemko Denpasar dan Pemda Bali dapat berpartisipasi dalam event tersebut dengan mengirimkan misi budaya dan kesenian.
"Tentunya ini akan menjadi salah satu wujud nyata tindak lanjut kerjasama Sister City. Event tersebut juga merupakan bagian dari peringatan 30 tahun hubungan diplomatik Indonesia - Afrika Selatan pada 2024," ucapnya.
IB Ngurah Wijaya yang juga merupakan pengusaha hotel, bar & resto, dan travel serta pernah menjabat sebagai Ketua Bali Tourism Board selama 3 periode sangat bersemangat turut memfasilitasi dukungan Pemko Denpasar dan Pemda Bali dalam mendukung Indonesian Folk Market di Mossel Bay.
Menindaklanjutinya, esoknya pada Rabu (6/12/2023), Konjen RI, IB Ngurah Wijaya, Walikota Denpasar Jaya Negara dan Ketua Bali Tourism Board melakukan vidcon untuk membahas hal ini.
Konjen RI Tudiono meminta IB Ngurah Wijaya menginstall aplikasi Safe Travel produksi Kemlu RI, untuk melengkapi keamanan, pelindungan dan kenyamanan traveling keliling dunia.
"Aplikasi ini berisikan informasi mengenai informasi penting dan kondisi tiap negara yang akan dikunjungi termasuk kondisi keamanan, kebijakan imigrasi, kontak dan lokasi Perwakilan serta emergency panic button jika terdapat hal-hal yang tidak diinginkan terjadi kepada WNI," jelas Konjen RI. [*]