Quraish Shihab Ungkap Bahaya Emosi Keagamaan
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Cendekiawan muslim Muhammad Quraish Shihab mengatakan ada tiga hal terkait agama yang bisa mencegah terciptanya persaudaraan antar anak bangsa. Hal itu ia sampaikan dalam Forum Titik Temu yang dihadiri Presiden Joko Widodo.
Quraish menyampaikan satu dari tiga hal itu adalah emosi keagamaan. Hal itu disebut berbahaya karena bisa membuat orang beragama menerobos ajaran agamanya sendiri.
"Emosi keagamaan yang meluap-luap. Emosi keagamaan yang melampaui batas tidak jarang mengundang yang berpengetahuan agama pun menjadi tidak adil, bersikap bagaikan bertentangan dengan ajaran agama," ujar Quraish dalam Forum Titik Temu: Kerja Sama Multikultural untuk Persatuan dan Keadilan di DoubleTree Hilton Hotel, Jakarta, Rabu (18/8).
Quraish menuturkan emosi keagamaan seharusnya seharusnya diubah menjadi cinta keagamaan. Ajaran itu, kata dia, merupakan inti ajaran semua agama.
Sebab, menurut Quraish, emosi agama akan membuat orang cepat melakukan ketidakadilan terhadap sesuatu yang berbeda. Padahal hal itu bertentangan dengan tujuan agama.
"Yang mencintai Tuhan tidak akan cepat marah. Orang yang mencintai Tuhan bahkan tidak marah melihat kemungkaran di depan matanya karena ia memandang ada rahasia Tuhan di balik itu," ucap Quraish.
Dua hal lain yang disoroti Quraish adalah ketidakadilan dalam peradaban dan kesalahpahaman terhadap ajaran agama. Ia bercerita soal sisa makanan di Eropa dan Amerika Selatan setiap tahun. Padahal jika makanan itu dikelola, bisa disalurkan untuk 200 juta orang.
Ia juga memperingatkan soal bahaya kesalahpahaman tentang ajaran agama. Pendidikan jadi kunci untuk memerangi ancaman terhadap persaudaraan tersebut.
"Kesalahpahaman terhadap ajaran agama menjadikan orang enggan membantu orang yang berbeda. Bahkan orang enggan menyampaikan basa-basi. Padahal memberi bantuan apapun tidak terlarang oleh agama-agama untuk diberikan yang tidak seagama," ucap dia.
Dalam acara itu, hadir pula sejumlah nama seperti Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Tri Sutrisno, Omi Komaria Nurcholish Madjid, dan Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin. (im/CNNIndonesia)