Rachmat Gobel Minta Kemendag Segera Stabilkan Harga Kedelai
Font: Ukuran: - +
Rachmat Gobel. [Foto: Istimewa]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel mendesak Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk menstabilkan harga kedelai. Kestabilan harga kedelai penting untuk memberi ketenangan di masyarakat maupun bagi perajin tahu dan tempe.
Wakil Ketua DPR Rachmat menyebutkan, bahwa produsen terbesar kedelai di dunia adalah Brasil, Amerika Serikat, Argentina, dan China. Pada 2020 lalu, harga kedelai di tingkat konsumen masih sekitar Rp8.500 per kilogram. Namun, pada 2021 sudah naik menjadi Rp9.500-Rp 10 ribu per kilogram.
Sementara itu, saat ini harga kedelai sudah berada di atas Rp11 ribu per kilogram. Akibat kenaikan harga kedelai secara terus menerus, jumlah perajin tahu dan tempe terus berkurang, khususnya perajin yang kecil. Padahal, pemerintah sudah tak mengenakan bea masuk terhadap komoditas kacang kedelai.
Kemudian, Rachmat menyampaikan tahu dan tempe merupakan makanan rakyat dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, katanya, usaha tahu dan tempe juga merupakan sektor yang bisa dimasuki oleh masyarakat bawah dengan mudah.
Oleh karena itu, lanjut dia, fluktuasi harga dan kenaikan harga kedelai bisa mengganggu lapangan kerja dan lapangan usaha.
Lebih lanjut Dirinya menyatakan masalah kedelai ini harus dicarikan solusi yang lebih permanen. Hal itu, katanya, membutuhkan kerja sama semua pihak, khususnya Kemendag dan Kementerian Pertanian (Kementan).
Saat ini, sekitar 80 persen kebutuhan kedelai berasal dari impor. Dia menilai Kemendag harus bisa mengatur stok agar tidak mudah diterjang fluktuasi harga internasional maupun oleh situasi perdagangan internasional.
Selain itu, Kemendag juga harus bisa mengatur stabilitas harga di dalam negeri. "Jadi harus ada koordinasi agar keran impor diatur dengan kemampuan Kementan dalam menyediakan kacang kedelai dari petani. Jangan sampai pasar kebanjiran produk impor yang kemudian bikin kapok petani untuk menanam kedelai," imbuh Rachmat.
Menurutnya, Indonesia juga sudah menjadi eksportir edamame. Hal itu membuktikan bahwa tanah Indonesia bisa untuk tanaman kedelai. (CNN Ind)