kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / Sejumlah Ekonom Katakan Target Ekonomi Kuartal II Sulit Tercapai

Sejumlah Ekonom Katakan Target Ekonomi Kuartal II Sulit Tercapai

Selasa, 29 Juni 2021 16:30 WIB

Font: Ukuran: - +


Ekonom menilai lonjakan kasus covid-19 dan pengetatan PPKM mikro di sejumlah daerah akan menghambat pencapaian target pertumbuhan ekonomi. Ilustrasi. (Foto: ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN).



DIALEKSIS.COM | Jakarta - Sejumlah ekonom sepakat target pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 yang ditetapkan pemerintah sulit tercapai. Sebelumnya, pemerintah mematok target laju ekonomi April-Juni 2021 di kisaran 7,1 persen-8,3 persen.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan menuturkan lonjakan kasus covid-19 akan menghambat pencapaian target pertumbuhan ekonomi.

"Target pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 diperkirakan sulit tercapai akibat lonjakan kasus positif covid-19," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (29/6)

Lonjakan kasus covid-19 membuat pemerintah memperketat implementasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro. Pingkan menuturkan kebijakan tersebut turut berdampak pada sejumlah sektor, salah satunya sektor ritel.

Seperti diketahui, pemerintah bakal memperketat aturan pemesanan makanan di restoran untuk dibawa pulang alias take away yang semula sesuai jam operasional toko menjadi hanya sampai pukul 20.00 WIB.

Kebijakan ini berlaku untuk restoran, warung makan, kafe, pedagang kaki lima, hingga lapak jajanan. Sementara, jam operasional restoran di pusat perbelanjaan atau mal hanya boleh buka sampai 17.00 WIB sesuai dengan jam operasional mal.

"Pengetatan implementasi PPKM skala mikro di beberapa wilayah di Jakarta yang sudah dimulai sejak 22 Juni hingga 5 Juli 2021 akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021," tuturnya.

Selain itu, ia memprediksi perpanjangan dan pengetatan PPKM mikro menurunkan pendapatan pengusaha sehingga dikhawatirkan berdampak kepada para pekerja. Oleh karenanya, ia mendorong pemerintah mempertimbangkan pemberian stimulus seperti 2020 lalu guna menjaga daya beli masyarakat, khususnya yang terdampak PPKM mikro.

"Untuk tetap menjaga daya beli masyarakat, pemerintah perlu mempertimbangkan bentuk-bentuk stimulus, seperti yang sudah pernah dilakukan pada tahun lalu," imbuhnya.

Senada, Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai dampak ekonomi dari lonjakan kasus covid-19 terasa pada II 2021 ini lantaran terjadi pengetatan mobilitas masyarakat.

"Maka proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 diperkirakan sulit mencapai 7 persen seperti yang diproyeksikan oleh pemerintah. Pertumbuhan kuartal II 2021 diperkirakan sebesar 6 persen," ucap Josua.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga telah mengakui bahwa lonjakan kasus penularan covid-19 di sejumlah daerah khususnya DKI Jakarta akan memengaruhi realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021. Menurutnya, realisasi pertumbuhan ekonomi periode April-Juni 2021 berpotensi lebih rendah dari proyeksi.

"Kenaikan lonjakan besar beberapa daerah, DKI Jakarta, ini jadi pusat perhatian. Minggu-minggu ini akan akan mempengaruhi kuartal II 2021 karena kan kuartal II 2021 sampai Juni," ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.

Mulanya, ia memprediksi ekonomi kuartal II 2021 berkisar 7,1 persen-8,3 persen. Namun, angkanya bisa jadi berubah karena angka penularan covid-19 semakin melonjak setiap harinya.

Meski realisasi ekonomi kuartal II 2021 berpotensi lebih rendah dari proyeksi, tetapi ia mengklaim angkanya tetap akan lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal II 2020. "Bulan lalu kami menyampaikan proyeksi kuartal II 2021, seiring kenaikan covid-19 mungkin upper end nya akan lebih rendah," ujar Sri Mulyani. (CNN Ind)

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda