DIALEKSIS.COM | Madinah - Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amirsyah Sanusi Tambunan, mengajak jemaah haji Indonesia bijak dalam bermedia sosial. Menurutnya, tabayyun atau klarifikasi sangat penting dalam menyikapi sebuah informasi, tidak terkecuali kabar seputar ibadah haji.
“Pertama saya ingin mengajak para pegiat media sosial, para pemerhati, tolong kedepankan bahasa tabayun, klarifikasi,” kata Amirsyah Tambunan pada Tim MCH, dilansir pada Minggu (15/6/2025).
Ia membagikan pengalaman menerima pertanyaan dari jemaah haji terkait petugas yang tidak mengenakan pakaian ihram.
“Saya ambil contoh satu. Ada satu jemaah yang bertanya kepada saya, ‘Itu kenapa petugas itu tidak pakai ihram?’ Saya bilang, itulah pengabdian petugas. Dia enggak usah menunaikan haji, yang penting bisa melayani jemaah. Terus menurut antum bagaimana? Oh ya sudah benar kalau begitu,” terang Amirsyah Tambunan.
“Artinya apa? Artinya kalau ada para pegiat media sosial tidak melakukan klarifikasi terlebih dahulu, langsung menge-judge (menghakimi), itu sudah keliru,” lanjutnya.
Amirsyah lalu mengutip pesan Al-Qur’an pada Surah Al-Hujurat ayat 6 yang memerintahkan umat Islam untuk memverifikasi informasi sebelum mempercayainya. Ia mengungkapkan kekhawatirannya terhadap maraknya penyebaran informasi keliru di media sosial, tanpa klarifikasi terlebih dahulu. Hal ini, menurutnya, bisa berdampak buruk dan menimbulkan kesalahpahaman.
“Saya ini berkali-kali melakukan klarifikasi yang tidak pernah henti-hentinya. Padahal kita tahu bahwa bermedia sosial ini juga bagian dari bermuamalah. MUI mengeluarkan fatwa nomor 24 tahun 2017,” terangnya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa hukum bermedia sosial bisa menjadi wajib atau haram, tergantung pada bagaimana penggunaannya.
“Hukum bermuamalah di media sosial bisa jatuh hukumnya haram, bisa jatuh hukumnya wajib. Tergantung. Kalau dia bermedia sosial menyebarluaskan berita-berita yang hoaks, berita-berita yang tidak kontekstual, berita-berita gosip yang tidak benar,” ucapnya.
Amirsyah mengapresiasi dedikasi petugas haji yang telah berjibaku melayani jemaah di lapangan. “Tenaga-tenaga kita yang sudah berjibaku di lapangan, kita tentu mengapresiasi, meskipun ada beberapa orang yang mungkin kurang sungguh-sungguh, ya perlu dievaluasi,” tandasnya. [*]