DIALEKSIS.COM | Aceh - Pemerintah menargetkan produksi gula konsumsi nasional mencapai 2,59 juta ton pada tahun 2025. Dalam upaya mewujudkan swasembada, berbagai pihak, dari pusat hingga daerah, didorong untuk bersinergi membangun ekosistem pergulaan nasional yang berkelanjutan.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam meningkatkan produksi gula. Ia menyebut bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk produksi gula dalam skala besar, terlebih dengan kontribusi daerah seperti Kabupaten Malang yang menjadi produsen gula terbesar di Jawa Timur.
“Karena itu saya mengimbau agar kinerja yang sudah baik ini dapat terus ditingkatkan. Apalagi saat ini kita sudah memasuki musim giling tebu tahun 2025, dengan rencana produksi gula nasional 2,59 juta ton,” ujar Arief dalam keterangan resmi yang dilansir pada Jumat (25/4/2025).
"Saya berharap bahwa dengan sinergi dan kinerja bersama, rendemen gula tahun ini dapat lebih tinggi dari pada tahun lalu sebesar 7,4 persen,” lanjutnya.
Menurut data BPS, produksi gula Jawa Timur pada 2023 mencapai 1,12 juta ton atau 49 persen dari total produksi nasional yang mencapai 2,2 juta ton. Proyeksi tahun ini pun optimistis, dengan produksi Gula Kristal Putih (GKP) dalam negeri yang diperkirakan meningkat signifikan mulai Mei hingga puncaknya di Agustus sebesar 621 ribu ton.
Arief menegaskan bahwa neraca gula konsumsi nasional dalam kondisi aman hingga akhir tahun. “Dari sisi harga juga stabil,” ujarnya.
Harga rata-rata gula per 23 April 2024 berada di kisaran Rp 18.530 per kilogram, masih dalam batas yang diatur oleh Perbadan No. 12 Tahun 2024, yaitu Rp 17.500 untuk konsumen dan Rp 14.500 untuk produsen.
Pemerintah pun memperkuat dasar hukum melalui Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional.
“Perlu diingat bahwa swasembada pangan itu bisa terjadi kalau kita sejahterakan petani," tegas Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi. [in]