Sri Mulyani Khawatir dengan Digital Teknologi, 2045 Banyak Orang Kesepian
Font: Ukuran: - +
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat Konferensi pers KSSK: Perkembangan Makro Ekonomi & Sektor Keuangan Triwulan III Tahun 2021. [Foto: CNBC Indonesia]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kekhawatirannya yang terpendam akan masa depan, ketika teknologi digital melaju kencang akan banyak manusaia terancam kesepian.
"Nanti akan muncul dunia virtual, everything so fast, dan ada dunia realitas. Saya khawatir 2045 banyak orang kesepian karena enggak bisa masuk ke dunia dimensi virtual dan left di dunia reality dan dia gak bisa engage," jelasnya dalam acara Indonesia Fintech Summit 2021 "Fintech for Faster Economic Recovery" yang disaksikan secara virtual, Sabtu (11/12/2021).
Hal ini memang dimungkinkan terjadi. Lihat saja saat ini, ada masyarakat di kota besar yang tidak mampu beradaptasi dengan teknologi sehingga tertinggal atau bahkan keluar dari komunitasnya.
"Sekarang, beberapa bank di negara Eropa tidak lagi memberikan pelayanan secara personal. Nasabah bisa menggunakan teknologi yang tersedia. Tidak seperti sebelumnya yang menyediakan teller ataupun customer service," kata Sri.
Sri Mulyani memperkirakan hal yang sama juga akan terjadi di banyak negara lainnya. Termasuk negara berkembang seperti Indonesia.
Digital teknologi bila dimanfaatkan dengan baik, baik dari sisi regulasi maupun edukasi kepada masyarakat, akan membawa Indonesia sebagai negara maju.
Mantan bos Bank Dunia tersebut menyampaikan penduduk Indonesia pada 2045 diperkirakan mencapai 300 juta orang dengan mayoritas kelompok muda yang di bawah 40 tahun. Mereka adalah kelompok produktif dengan mobilitas tinggi karena tinggal di daerah urban.
Aktivitas kelompok ini akan dipengaruhi oleh peranan digital teknologi, baik pendidikan, kesehatan maupun sektor keuangan. Menjadi tugas pemerintah agar keseluruhan itu bisa berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan efek negatif seperti penipuan, pencurian data hingga pencucian uang.
"Kita harus menganggap ini sebagai kesempatan untuk melakukan perbaikan," tegas Sri Mulyani. [CNBC Ind]