Sri Mulyani Waspadai Dampak Krisis Turki ke Indonesia
Font: Ukuran: - +
Dialeksis.com - Pemerintah mewaspadai merosotnya mata uang Turki Lira terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Anjloknya kurs lira diperkirakan bakal mempengaruhi sentimen pasar global yang dikhawatirkan turut berdampak pada Indonesia.
"Sebagai negara anggota G20, tentu (perkembangan Turki) ini akan memberikan dampak terhadap keseluruhan perekonomian global. Walapun ukuran perekonomian (Turki) masih di bawah US$1 triliun, namun dia (Turki) posisinya strategis. Jadi kami harus tetap waspada," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ditemui di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Senin (13/8).
Menurut Sri Mulyani, kondisi Turki saat ini belum dialami oleh negara berkembang lain, termasuk Indonesia. Permasalahan di Turki, lanjut Sri Mulyani, tidak hanya terjadi pada sektor keuangan saja tetapi juga pada politik dan keamanan.
Kendati demikian, pemerintah akan terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjaga agar keoknya lira tidak berimbas negatif terhadap sentimen pelaku pasar di negara berkembang, khususnya Indonesia.
Lebih lanjut, Sri Mulyani menegaskan bahwa perekonomian domestik dalam kondisi baik. Hal itu tercermin dari kuatnya pertumbuhan ekonomi kuartal II yang mencapai 5,27 persen, inflasi yang terjaga, dan defisit APBN yang diperkirakan lebih rendah dari asumsi pemerintah.
"Itu semua berbeda sekali dengan situasi yang ada di Turki," ujarnya.
Dikutip dari Reuters, sejak awal tahun, kurs Lira telah terdepresiasi sekitar 40 persen terhadap dolar AS. Hal itu dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap kondisi ekonomi Turki dan memburuknya hubungan Turki dengan AS.
Pada perdagangan Jumat (10/8) lalu, nilai tukar Lira merosot sekitar 18 persen menjadi 7,24 Lira per dolar AS, yang merupakan pelemahan harian terbesar sejak 2001. (CNN)