DIALEKSIS.COM | Aceh - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menegaskan pentingnya diversifikasi konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal sebagai bagian dari transformasi ekosistem pangan nasional. Langkah ini sejalan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 81 Tahun 2024 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan.
"Perpres 81/2024 ini adalah peta jalan yang kuat. Kita ingin membangun sistem pangan nasional yang mandiri, sehat, dan berkelanjutan dengan mengandalkan potensi lokal seperti sorgum, sagu, jagung, singkong, dan sukun," ujar Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, dalam keterangan resmi yang diterima pada Senin (14/7/2025).
Sementara itu, Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapanas, Andriko Noto Susanto menyoroti pentingnya menjadikan sorgum sebagai alternatif pangan yang bernilai ekonomi tinggi dan adaptif terhadap perubahan iklim.
"Kita tak bisa lagi hanya bergantung pada beras dan terigu. Kita punya sumber karbohidrat lain yang luar biasa, seperti singkong, sagu, pisang, sukun, dan tentu saja sorgum," tegas Andriko.
Menurut Andriko, diversifikasi pangan tidak hanya soal ketahanan pangan, tapi juga membuka peluang ekonomi baru. Ia menyebutkan bahwa saat ini sudah ada outlet seperti Koperasi Desa Merah Putih dan program Makan Bergizi Gratis yang siap menyerap hasil pertanian lokal.
"Pangan lokal harus masuk dalam sistem ekonomi nasional. Kalau dikembangkan serius, sorgum bisa memperkaya jenis pangan pokok dan mendongkrak perekonomian lokal," tambahnya.
Meski demikian, tantangan terbesar datang dari kebiasaan konsumsi masyarakat. Data Direktori Konsumsi Pangan Nasional 2024 menunjukkan konsumsi beras mencapai 92 kg per kapita per tahun -- jauh lebih tinggi dibanding singkong (8,5 kg), kentang (2,5 kg), ubi jalar (3,1 kg), dan sagu (0,6 kg).
"Kami paham betul soal tantangan ini. Karena itu promosi, edukasi, dan kampanye terus kami lakukan. Program seperti B2SA Goes to School adalah salah satu cara untuk menanamkan kecintaan terhadap pangan lokal sejak dini," ujar Andriko. [in]