Terancam Punah, Populasi Harimau Sumatera Tinggal 400 Ekor
Font: Ukuran: - +
Dialeksis.com, Pekanbaru - Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno mengatakan populasi harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) saat ini diperkirakan berkisar 400 ekor.
"Populasi harimau di Sumatera hanya sekitar 400 ekor," kata Wiratno dalam keterangan pers keberhasilan penangkapan harimau Bonita di Pekanbaru, Riau, Sabtu (21/7).
Dia mengatakan sebaran satwa dilindungi tersebut menyebar dari Taman Nasional Ulu Masen dan membentang hingga ke Suaka Margasatwa Kerumutan, Rimbang Baling, Bukit Tiga Puluh terus ke Lampung
Dia mengakui jika harimau sumatera yang merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini terus terancam keberadaannya akibat perubahan fungsi hutan di Sumatera.
Untuk itu, dia mengatakan perlu upaya menjaga "rumah" harimau, termasuk di antaranya melestarikan siklus makanan pada habitatnya.
"Harimau itu top predator, harus ada siklus makannya. Indikasi pakan menentukan populasi harimau. Kita sekarang ada perubahan (fungsi hutan) besar-besaran di Sumatera," ujarnya.
Lebih jauh, Kepala Bidang Wilayah II Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Mulyo Hutomo mengatakan populasi harimau sumatera yang berada di Provinsi Riau diperkirakan sebanyak 190 ekor atau sepertiga dari total populasi di Pulau Sumatera.
"Populasi harimau sumatera di Riau diperkirakan sekitar 190 ekor," ujarnya.
Dia mengatakan, populasi satwa predator itu tersebar di sejumlah kantong-kantong harimau di Riau, termasuk salah satunya di SM Kerumutan, atau habitat Bonita, harimau sumatera betina yang menjadi perhatian publik dalam empat bulan terakhir.
Bonita, harimau berusia empat tahun sejak Januari 2018 lalu berkeliaran di areal pemukiman warga dan perkebunan sawit PT THIP. Selama itu, Bonita dua kali menerkam dua manusia hingga tewas.
Jumiati, menjadi korban pertama yang meninggal pada awal Januari 2018. Perempuan berusia 33 tahun tersebut diserang Bonita saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State, Desa Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir. Terakhir, Yusri Efendi (34) meregang nyawa di desa yang sama, namun berjarak sekitar 15 kilometer dari lokasi tewasnya Jumiati.
Bonita berhasil dilumpuhkan tim terpadu setelah dua kali ditembak bius pada Jumat pagi kemarin (20/4). Proses pencarian Bonita mengukir drama tersendiri, hingga yang paling menarik ketika seorang ahli bahasa satwa asal Kanada didatangkan membantu proses penangkapan, awal April 2018 lalu.
Saat ini, Bonita dievakuasi menuju pusat rehabilitasi satwa Dharmasraya, Sumatera Barat. Di pusat rehabilitasi milik Yayasan Arsari Djojohadikusumo tersebut, Bonita akan diobservasi perilaku yang selama ini dinilai menyimpang karena terlihat mendekati manusia. (BeritaSatu)