Terungkap, Ini Sejumlah Pernyataan Pemerintah yang Dibantah oleh Pasien Positif Corona
Font: Ukuran: - +
Presiden Jokowi bersama Menkes Terawan saat melakukan konferensi pers. [Foto: BPMI Setpres/Lukas]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pemerintah diduga memberikan sejumlah informasi yang tak akurat terkait pasien kasus 1 dan kasus 2 positif corona ( covid-19). Sejumlah keterangan dari pejabat pemerintah pun sempat berubah-ubah.
Sejumlah pernyataan pemerintah juga belakangan dibantah dan diralat oleh pasien. Berikut rangkumannya:
Hubungan Pasien dan WN Jepang
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyebut pasien berteman dekat dengan warga negara Jepang domisli Malaysia yang diduga menularinya. Terawan bahkan menyebut WN Jepang tersebut berkunjung ke rumah pasien.
"Ini kan teman dekatnya, datangnya ke rumah dong. Di sini, di daerah Depok (rumahnya)," kata Terawan pada Senin (2/3/2020).
Namun belakangan beredar informasi bahwa kontak WN Jepang dengan pasien itu terjadi di sebuah acara dansa di Jakarta. Menkes pun akhirnya meralat keterangan dan mengakui bahwa kontak terjadi di acara dansa.
"Dia dansa dengan teman dekatnya, tanggal 14 Febuari," kata Terawan.
Namun, keterangan Menkes bahwa pasien dan WN Jepang itu berteman dibantah oleh pasien sendiri. Pasien kasus 2 menegaskan anaknya (pasien kasus 1) tak kenal dengan WN Jepang yang dimaksud Menkes.
Hal ini terungkap dalam wawancara khusus kepada Kompas yang ditayangkan dalam Kompas.id.
Melalui saluran telepon, Kompas mewawancarai pasien 2 yang sedang di ruang isolasi Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta, Selasa (3/3/2020) siang.
“Anak saya tidak kenal,” ucap pasien.
Pasien itu mengatakan, saat itu anaknya menjadi host dalam sebuah acara yang diselenggarakan di daerah Kemang. Kebetulan, saat itu ada seorang perempuan WN Jepang di acara tersebut.
“Sehabis acara itu, besoknya, anak saya menggigil seperti demam. Sempat periksa bolak-balik ke dokter, enggak sembuh juga. Sampai akhirnya kami berdua memeriksakan diri ke RS di Depok itu,” ucap dia.
Setelah pasien buka suara, pihak Kemenkes pun mengaku tidak bisa memastikan apakah kasus 1 berteman dengan WN Jepang itu.
Hal ini disampaikan Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto, yang belakangan juga ditunjuk pemerintah sebagai juru bicara penanganan corona.
Namun, Yurianto memastikan bahwa kasus 1 dan WN Jepang melakukan kontak jarak dekat (close contact) saat acara pesta dansa di Jakarta sehingga terjadi penularan virus.
"Yang benar adalah, yang kita yakini ada close contact. Apakah dia teman atau bukan, dalam party bisa saja ganti pasangan cepat," kata Yurianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (3/3/2020).
Yurianto meyakini ada close contact karena WN Jepang yang dimaksud sempat menghadiri acara dansa di tempat dan waktu yang sama dengan kasus 1.
Lalu tak lama setelah pesta dansa itu, WN Jepang kembali ke Malaysia dan dinyatakan positif corona.
"Nyatanya ada close contact. Kalau enggak, kan enggak ketularan," kata Yuri.
Yuri pun mengakui ada juga dugaan WN Jepang itu melakukan close contact dengan peserta dansa yang lain dan menularkan penyakitnya. Oleh karena itu Kemenkes saat ini terus melakukan tracking terhadap 50 orang yang mengunjungi pesta dansa itu.
"Makanya kita lakukan tracing kontak," kata dia.
Pasien Lapor sendiri ke RS
Presiden Joko Widodo mengklaim pemerintah segera melakukan penelusuran begitu mengetahui adanya WN Jepang domisili Malaysia yang dinyatakan positif Corona setelah meninggalkan Indonesia.
"Tim dari Indonesia langsung menelusuri orang Jepang ini ke Indonesia bertamu ke siapa, bertemu dengan siapa ditelusuri dan ketemu," sambung dia.
Jokowi menyebut WN Jepang itu kontak dengan seorang perempuan 31 tahun (pasien kasus 1) dan ibunya 64 tahun (pasien kasus 2). Kementerian Kesehatan pun langsung melakukan uji laboratorium terhadap spesimen keduanya.
"Dicek, dan tadi pagi saya mendapatkan laporan dari Pak Menkes bahwa ibu ini dan putrinya positif corona," kata Jokowi.
Penjelasan serupa juga disampaikan Menkes Terawan. Ia menyebut pemerintah mendapat info soal WN Jepang yang positif Corona itu dari otoritas Malaysia.
Setelah pemberitahuan itu, Kemenkes pun mencari orang yang melakukan kontak dengan WN Jepang.
"Begitu kita dapatkan closed contact, kita tindaklanjuti. Artinya sistem yang di sini juga berjalan sesuai apa yang dikatakan Presiden. Sehingga setelah itu orangnya kita dapatkan, kita langsung periksa, kita bawa ke RS Pusat Penyakit Infeksi Sulianti Saroso," kata dia.
Namun, keterangan yang disampaikan Jokowi dan Kemenkes berbeda dengan keterangan pasien. Pasien kasus 2 justru mengaku ia dan anaknyalah yang meminta untuk dilakukan tes Corona.
Permintaan ini diajukan setelah kasus 1 mendapat kabar bahwa WN Jepang yang hadir di acara dansa dinyatakan positif Corona.
"Teman anak saya lalu cerita kepada anak saya bahwa warga Jepang yang hadir di Kemang itu dinyatakan positif corona di Malaysia. Nah, atas inisiatif saya, kami minta kepada dokter untuk dilakukan tes virus corona saja. Terus terang kami khawatir terhadap diri kami," kata pasien kasus 2.
Permintaan untuk tes corona itu diajukan ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Depok, tempat keduanya tengah dirawat saat itu.
Setelah mengajukan permintaan tersebut, keduanya justru dipindahkan ke RSPI Sulianti Saroso. Di rumah sakit itu, spesimen keduanya diambil untuk dites di laboratorium.
Belakangan, pemerintah mengakui bahwa pasienlah yang berinisiatif meminta tes corona setelah mendapat kabar soal WN Jepang.
"Atas berita ini (WN Jepang) ibu dan anak lapor ke RS apa saya tidak ketularan. Tanggal 1 Maret, dua-duanya dirujuk ke Sulianti Saroso, hari itu diperiksa dan hari itu confirm positif," kata Jubir Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto. (Kompas)