Vitamin D Mengobati Infeksi Covid-19
Font: Ukuran: - +
[Foto: Ilustrasi/Net]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Berbagai studi terkait vitamin D dilakukan oleh para ahli untuk menemukan manfaatnya dalam mengobati infeksi Covid-19. Temuan dari penelitian kecil yang hasilnya diterbitkan di The Journal of Steroid Biochemistry and Molecular Biology mengungkap tentang hal ini. Disebutkan, vitamin D bisa memberi hasil pengobatan lebih baik bagi pasien virus corona.
Para peneliti dari Universitas Cordoba, Spanyol, meneliti 76 pasien Covid-19 yang dirawat di Reina Sofia University Hospital. Semua pasien menerima pengobatan terbaik. Namun, di antara mereka ada 50 pasien yang menerima kalsifediol. Kalsifediol adalah bentuk metabolisme vitamin D3 yang dapat meningkatkan kadar vitamin D dengan cepat pada pasien.
Nah, penelitian ini menemukan, pasien yang menggunakan kalsifediol mempunyai kemungkinan lebih kecil untuk masuk dalam perawatan intensif. Lebih dari itu, tidak ada dari pasien-pasien tersebut yang akhirnya meninggal dunia.
Sedangkan, pada kelompok kontrol (yang tidak mengonsumsi kalsifediol) yang berjumlah 26 pasien, ada 13 pasien dirawat di unit perawatan intensif, dan dua orang meninggal dunia. Tiga dosis kalsifediol dalam studi ini (0,532 mg di hari pertama, dan 0,266 mg di hari ketiga dan ketujuh) dapat mengurangi infeksi parah Covid-19.
Selain itu, disimpulkan pula bahwa dosis tersebut pun bisa menurunkan risiko komplikasi. "Kalsifediol bisa mengurangi infeksi penyakit yang parah, namun uji coba lebih besar diperlukan untuk menemukan jawaban yang pasti," kata peneliti. Meskipun pasien secara acak diminta mengonsumsi kalsifediol, ada lebih banyak pasien dalam kelompok kontrol dengan tekanan darah tinggi dan diabetes.
Kedua penyakit ini merupakan faktor risiko komplikasi Covid-19 yang parah. Sehingga bisa disimpulkan, mengapa kelompok kontrol cenderung memperoleh hasil yang buruk. Belum ada jawaban jelas apakah kalsifediol lebih efektif mencegah infeksi parah Covid-19, dibandingkan bentuk suplemen vitamin D lainnya.
Kalsifediol lebih kuat dan lebih mudah diserap daripada bentuk vitamin D lain, sehingga lebih efektif dikonsumsi pasien dengan penyakit atau gangguan pencernaan. Para peneliti juga tidak melihat apakah pasien kekurangan vitamin D sebelum pengobatan.
Penelitian lain menemukan orang dewasa di awal musim semi, sering mengalami kekurangan vitamin D. Kondisi itu muncul karena mereka jarang terkena paparan sinar matahari, yang merupakan sumber alami vitamin D.
Temuan lebih dalam berguna untuk menentukan manfaat vitamin D alami dalam pengobatan Covid-19. Pasalnya, belum jelas diketahui apakah suplemen vitamin D dapat memperbaiki kekurangan nutrisi. Atau, apakah pasien yang sudah memenuhi asupan vitamin D bisa memperoleh manfaat dari mengonsumsi vitamin D lebih banyak.
Banyak penelitian yang menemukan kaitan antara kekurangan vitamin D dan risiko Covid-19. Penelitian terbaru ini hanyalah studi kecil pertama yang menunjukkan asupan vitamin D dapat mengurangi infeksi parah Covid-19.
Sebelumnya, banyak studi yang mengungkap asupan vitamin D dalam jumlah cukup terkait dengan hasil yang lebih baik untuk virus corona. Ditemukan pula hubungan antara kadar vitamin D dan hasil virus corona, meskipun tidak ditemukan hubungan sebab akibat.
Sebuah studi yang diterbitkan bulan lalu menunjukkan, pasien yang memenuhi asupan vitamin D memiliki kemungkinan lebih kecil untuk terkena komplikasi berbahaya dari Covid-19. Komplikasi yang dimaksudkan, antara lain keadaan sulit bernapas atau pun tidak sadarkan diri. Sementara itu, dari studi kecil lainnya, terungkap orang yang kekurangan vitamin D memiliki kemungkinan dua kali lipat terinfeksi Covid-19 [Kompas].