Brasil, Antara Ketergantungan dan Drama Neymar
Font: Ukuran: - +
Dialeksis.com - Mimpi timnas Brasil untuk juara Piala Dunia kembali kandas usai takluk 1-2 dari Belgia di Kazan Arena, Jumat (6/7). Ketergantungan pada sosok Neymar Jr diduga jadi penyebabnya.
Hasil itu tentu lebih buruk ketimbang pencapaian Canarinho pada 2014 ketika mereka mampu ke semifinal. Brasil saat itu kalah 1-7 dari Jerman di semifinal.
Brasil seolah menampilkan antiklimaks setelah penampilan superior mereka hingga babak 16 besar mengalahkan Meksiko 2-0. Kesolidan mereka mulai dari lini belakang hingga depan, tak tampak lagi ketika menghadapi Belgia.
Ya, performa Brasil seperti tertutup oleh drama Neymar di lapangan, dan itu sama sekali tidak membantu.
Eden Hazard dan kawan-kawan mampu mencetak gol ke gawang Allison Becker hanya dalam waktu 15 menit karena gol bunuh diri Fernandinho saat mencoba menghalau sepak pojok Nacer Chadli melalui tandukannya.
Gol pembuka Belgia itu pun seolah menjadi ujian mental bagi Selecao untuk mengejar ketinggalan. Namun bukannya mencetak gol demi menyamakan skor, Brasil kembali kebobolan pada menit ke-31.
Adalah Kevin De Bruyne yang menjadi mimpi buruk Brasil melalui tendangan dari luar kotak penalti usai mendapat sodoran dari Romelu Lukaku yang bermain tidak egois pada laga tersebut. Serangan balik tim arahan Roberto Martinez benar-benar sukses melumpuhkan Brasil pada laga itu.
Duet gelandang jangkar, Paulinho dan Fernandinho, kali ini tak mampu memotong serangan balik Setan Merah. Ketidakhadiran Casemiro di sektor tengah karena akumulasi kartu kuning, tampak begitu terasa sehingga membuat Selecao tak cukup solid meredam serangan lawan dari lini tengah.
Brasil memang terus melakukan tekanan demi tekanan ke pertahanan Belgia setelah tertinggal 2-0. Meski demikian, serangan-serangan mereka seperti tak terkoordinasi dengan baik tak seperti pada laga-laga sebelumnya.
Neymar tentu menjadi sorotan utama di lini depan Brasil. Secara statisitik individu, penyerang Paris Saint Germain memang cukup bagus.
Dikutip dari catatan Soccerway, Neymar mencatatkan akurasi operan sebesar 83,3 persen dengan 54 kali operan dan 83 sentuhan.
Ia juga mencatatkan tiga kali tembakan dan sekali menemui sasaran ke gawang Belgia yang berhasil ditepis Allison Becker. Namun, penampilan Neymar tak mampu mengarahkan permainan secara tim.
Tak seperti saat mengalahkan Meksiko 2-0, Neymar tampil lebih banyak memamerkan kemampuan mengolah bola secara individu, namun masih mudah dipatahkan para pemain Belgia.
Celakanya lagi, para pemain Brasil kembali ke kebiasaan buruknya dengan mengalirkan bola melulu ke Neymar. Bukannya tanpa alasan. Tandem Neymar di lini depan, Gabriel Jesus, tetap saja mandul dan perannya di laga itu seolah tenggelam.
Anehnya, Tite tetap memainkan Jesus sebagai starter, padahal di laga melawan Meksiko performanya juga buruk. Ia baru diganti pada menit ke-56 oleh Douglas Costa.
Sebenarnya Brasil memiliki Philippe Coutinho yang cukup mumpuni untuk mengatur serangan secara rapi di depan. Salah satu peran Coutinho di laga itu dengan menciptakan satu assist gol yang diciptakan pemain cadangan Brasil, Renato Augusto, pada menit ke-76. Augusto masuk menggantikan Paulinho pada menit ke-76.
Memasuki sisa 10 menit terakhir, Brasil belum bisa juga bermain secara tim. Neymar masih memaksakan permainan individu yang lagi-lagi mampu diredam pertahanan Belgia yang sangat solid.
Skuat Brasil seperti ikut tertular pengaruh 'buruk' sang pemain bintang. Para pemain Selecao terlalu banyak menggiring bola tanpa aliran-aliran umpan yang sistematis.
Pada akhirnya, drama Neymar tampaknya sia-sia bagi Selecao. Neymar memang beberapa kali meminta penalti, salah satunya saat ia gagal menanduk umpan silang dari Fagner dan terjatuh pada menit ke-88.
Ia merasa didorong bek Belgia di dalam kotak penalti dan meminta wasit Mirolad Mazic asal Serbia melihat Video Assistant Referee (VAR). Namun, wasit bergeming dan tayangan ulang pun menampakkan ada ada dorongan dari pemain Belgia.
Ketergantungan Brasil pada Neymar ini serupa saat Piala Dunia 2014. Saat Neymar cedera, Selecao dibantai 1-7 oleh Jerman di babak semifinal.
Hal serupa terjadi di Piala Dunia 2018. Kali ini, permainan mantan pemain Santos yang terlalu individu itu pun menumpulkan Jogo Bonito timnas Brasil, dan itu melapangkan jalan Kevin de Bruyne dan kawan-kawan ke semifinal. (CNN)