Bukan Melalui Seleksi, PL Atlet untuk PON Aceh-Sumut Cabor Catur Diprotes
Font: Ukuran: - +
Reporter : Fajri Bugak
DIALEKSIS.COM | Olahraga - Bukan melalui seleksi, pemilihan atlet Cabang Olahraga (Cabor) Catur untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut yang dilakukan Pengurus Provinsi (Pengprov) Aceh, Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PERCASI) melainkan dengan cara Penunjukan Langsung (PL) yang menuai protes dari para atlet catur.
Saiful Bahri, atlet catur Bireuen, mengaku ikut prihatin dengan cara pemilihan Atlet PON yang dilakukan oleh PERCASI Aceh tanpa melalui proses seleksi secara fair.
"Kami berharap KONI Aceh harus turun tangan membenahi hal ini," kata Saiful Bahri, Kamis (3/8/2023) kepada Dialeksis.com.
Saiful Bahri mengatakan, pemilihan atlet catur untuk PON Aceh-Sumut dengan cara Penunjukan Langsung (PL) tanpa melalui seleksi merupakan sebuah musibah bagi atlet aatur Aceh.
"Kalau begini caranya, atlet catur Aceh dalam keadaan berduka," sebutnya.
Saiful Bahri mengatakan sebagai tuan rumah PON Aceh-Sumut, momentum PON bisa menjadi peluang mungkin sekali seumur hidup bagi atlet untuk bisa meraih medali dalam sejarah.
Namun tidak dengan Cabor Catur, di bawah kepemimpinan Ikhsanuddin MZ. Kata Saiful Bahri sangat terasa kesenjangan diantara masyarakat catur dengan para pengurus Pengprov Percasi Aceh.
Saiful Bahri mengungkapkan memang di tahun pertama kepengurusan Ikhsanuddin sedikit memberi harapan, dengan dukungan dana untuk pembinaan yang lumayan besar beberapa event dilaksanakan dengan hadiah lumayan besar.
Namun seiring waktu sepertinya harapan akan bangkitnya prestasi di masa beliau ini terasa semakin memudar, seakan antara masyarakat catur dengan para Pengurus semakin besar, Rapat Kerja Organisasi yang diamanatkan dalam AD/ART minimal 1 kali setiap tahun tidak dilaksanakan sama sekali.
"Yang lebih bermasalah perekrutan Atlet PON yang pada masa kepengurusan sebelumnya selalu dilakukan melalui mekanisme seleksi, tapi saat ini dilakukan dengan PL atau Penunjupkan Langsung," kata atlet Porwil ini.
Selain itu kata Saiful Bahri, selain masalah perekrutan atlet, yang lebih parah penunjukan pelatih pada pelatda PON tersebut, dimana figur yang ditunjuk sebagai pelatih sangat jauh dari harapan, prestasi sebagai atlet tidak pernah juara di level Aceh.
Menyedihkan sebenarnya, tapi dengan arogannya Pengurus Percasi Aceh di bawah Komando Sekum saat ini menunjuk sebagai pelatih.
Lanjut Saiful Bahri, saat ini ada bahasa kiasan dikalangan pecatur bagaimana pelatih lulusan SMA mengajar atlet yang lulusan S1.
"Begitulah perbandingan ilmu yang digambarkan oleh masyarakat catur Aceh saat ini antara pelatih dengan atlet," sebutnya.
Maka saat ini beberapa event yang diikuti oleh para atlet Pelatda PON selalu gagal meraih posisi yang bagus. Malahan beberapa senior catur menganggap mereka ini jauh lebih baik sebelum ikut dalam Pelatda yang sudah berjalan 2 tahun ini. Maka tidak salah candaan dari masyarakat catur bahwa seolah di Pelatda Catur Aceh ada mesin penyedot ilmu, maksudnya atlet yang masuk Pelatda malah kemampuan semakin menurun bukan bertambah.
"Akhir kata biarpun terasa berat namun harapan selalu ada, semoga para pengambil kebijakan bisa mengevaluasi kebijakan ini dan memperbaiki segera," demikian disampaikan Saiful Bahri
Hingga berita ini di publikasi, Dialeksis.com masih berusaha melakukan konfirmasi kepada Ikhsanuddin dari PERCASI Aceh dan KONI Aceh. [FAJ]