Persiraja Butuh Biaya Besar Jika Tandang Lawan Persipura, Ini Solusinya
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Anggaran biaya perjalanan partai tandang Persiraja Banda Aceh untuk musim depan dipastikan membengkak. Setelah promosi ke Liga 1 2020, Laskar Rencong bakal menghadapi beberapa tim yang berada di ujung timur wilayah Indonesia.
Presiden klub Persiraja Banda Aceh, Nazaruddin mengatakan, per kepala, pihaknya mengeluarkan Rp15 juta untuk sekali tandang menghadapi tim terjauh di Liga 1 2020, Persipura Jayapura.
Itu dengan estimasi tim Mutiara Hitam sudah kembali bermarkas di Papua pada musim 2020.
Mengacu dari situs perpesanan tiket transportasi, hanya dua maskapai penerbangan yang melayani penerbangan dari Bandara Sultan Iskandarmuda, Banda Aceh, ke Bandara Sentani, Papua.
Paling murah, satu maskapai pesawat membanderol harga tiket Banda Aceh-Papua sebesar Rp4,2-4,7 juta untuk penerbangan pada 1 Maret 2020, hitung-hitungan saat sepak mula Liga 1 2020.
Maskapai yang lain menawarkan harga sekitar Rp7,6 juta pada tanggal yang sama dengan jumlah transit bervariasi, maksimal tiga kali dan minimal sekali.
Waktu yang ditempuh mulai 11-22 jam perjalanan. "Kami sekali berangkat ke Papua bisa berkekuatan 30 orang," ujar Nazzarudin.
Mengacu pada tiket penerbangan Banda Aceh-Jayapura termurah, Persiraja Banda Aceh perlu merogoh kocek hingga Rp252 juta hanya untuk biaya pesawat. Kisaran itu belum termasuk akomodasi lain termasuk biaya hotel dan konsumsi.
"Dibandingkan tim lain, pos biaya kami bengkak di perjalanan. Berat sekali. Untuk semusim, kami bisa menghabiskan Rp2 miliar untuk transportasi saja," imbuh Nazzarudin.
Itulah mengapa, Persiraja Banda Aceh punya solusi untuk menekan biaya transportasi. Laskar Rencong meminta PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk mengatur jadwal tandang berurutan dengan tim yang wilayahnya berdekatan.
Dikutip dari Bola.net, Persiraja Banda Aceh juga mendorong PT LIB untuk agar tidak membagi Liga 1 2020 menjadi dua wilayah.
"Kalau saya, jujur, maunya satu wilayah. Jangan dibagi dua. Rugi penonton kami tidak dapat menonton klub-klub seperti Persipura, Bali United, dan PSM kalau dibagi dua wilayah," ujar Nazaruddin Dek Gam.
"Kalau kami memang akan kewalahan dari segi anggaran dan stamina pemain. Namun, masih bisa kami cara lain. Untuk pertandingan, misalnya kami meminta tandang beruntun dengan daerah yang berdekatan," tuturnya.