DIALEKSIS.COM | Opini - Di era globalisasi dan disrupsi teknologi yang semakin kompleks, kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi aspek esensial dalam menentukan daya saing suatu daerah. Di Provinsi Aceh, potensi alam dan budaya yang melimpah harus diiringi dengan transformasi sistem pendidikan vokasional guna menciptakan tenaga kerja terampil yang siap menghadapi tantangan industri abad ke-21.
Pendidikan vokasional, sebagai bagian integral dari strategi pembangunan nasional, tidak hanya menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik, melainkan juga menjadi motor penggerak inovasi dan peningkatan produktivitas.
Vokasi dan Perubahan Teknologi: Tantangan Baru, Keterampilan Baru
Kemajuan teknologi digital seperti kecerdasan buatan, otomatisasi industri, dan big data telah mengubah secara radikal kebutuhan keterampilan di dunia kerja. Kini, perusahaan tidak hanya mencari tenaga kerja dengan kemampuan teknis semata, tetapi juga individu yang memiliki soft skills unggul, seperti kemampuan komunikasi, kerja tim, berpikir kritis, dan pemecahan masalah yang kompleks.
Inilah mengapa pendidikan vokasional menjadi semakin penting. Lembaga vokasi modern perlu mengintegrasikan pendekatan multidisipliner yang menanamkan keterampilan teknis sekaligus karakter adaptif yang dibutuhkan di era penuh ketidakpastian. Lulusan vokasi masa kini tidak lagi cukup hanya "terampil bekerja", tetapi juga harus "terampil belajar ulang" (reskilling) dan "terampil beradaptasi".
Sejarah dan Evolusi Pendidikan Vokasional di Dunia
Jejak sejarah pendidikan vokasional dimulai sejak era Revolusi Industri di negara-negara Eropa. Di Jerman, misalnya, sistem dual education system -- yang mengintegrasikan pembelajaran di sekolah dengan pelatihan praktik di dunia industri -- telah ada sejak abad ke-19 dan berkontribusi signifikan terhadap transformasi ekonomi negara tersebut.
Model serupa kemudian diaplikasikan dan dimodifikasi di negara-negara maju seperti Swiss, Jepang, dan Korea Selatan. Di Jepang, pasca Perang Dunia II, fokus pada pendidikan kejuruan dan pelatihan teknis menjadi salah satu kunci sukses dalam merevitalisasi industri manufaktur dan teknologi, melahirkan generasi tenaga kerja yang tidak hanya ahli secara teknis tetapi juga inovatif.
Perpres 68/2022: Komitmen Pemerintah untuk Revitalisasi
Menyadari pentingnya penguatan vokasi sebagai tulang punggung pembangunan SDM, Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi. Regulasi ini merupakan langkah konkret pemerintah untuk meningkatkan akses, mutu, dan relevansi penyelenggaraan pendidikan vokasi sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
Lebih dari sekadar peraturan, Perpres ini menjadi bukti bahwa pendidikan vokasi memiliki posisi strategis dalam agenda pembangunan nasional. Tujuannya jelas: membekali tenaga kerja Indonesia dengan kompetensi untuk bekerja dan/atau berwirausaha, sehingga mampu bersaing secara global maupun menciptakan lapangan kerja baru berbasis keterampilan. Ini menjadi arah kebijakan yang perlu diterjemahkan secara konkret hingga ke daerah, termasuk di Aceh.
Tantangan dan Peluang di Aceh
Di Aceh, implementasi pendidikan vokasional masih menghadapi sejumlah tantangan struktural dan sistemik. Kurikulum yang ada terkadang belum sepenuhnya responsif terhadap dinamika pasar global maupun kebutuhan industri domestik. Fasilitas praktik dan laboratorium kejuruan masih terbatas, sedangkan kolaborasi antara lembaga pendidikan, pihak swasta, dan pemerintah daerah perlu ditingkatkan secara signifikan.
Namun, tantangan ini juga membuka peluang bagi pembaharuan strategis. Aceh dapat mengambil inspirasi dari sistem vokasional di negara-negara maju dengan menyesuaikan prinsip-prinsip dual education system yang berhasil tersebut. Dengan membangun kemitraan strategis antara sekolah kejuruan, balai latihan kerja, dan perusahaan industri unggulan lokal -- seperti pengolahan kopi Gayo, perikanan di Sabang, serta pengelolaan kelapa sawit di wilayah barat -- Aceh dapat merumuskan kurikulum yang adaptif dan terintegrasi secara menyeluruh.
Sinergi Antar Pemangku Kepentingan: Katalisator Transformasi Vokasi
Transformasi pendidikan vokasional di Aceh memerlukan sinergi lintas sektor. Dunia usaha, sebagai konsumen utama lulusan vokasi, harus berperan aktif dalam merancang program pelatihan berbasis kebutuhan industri. Di sisi lain, lembaga pendidikan dan balai latihan kerja perlu mengadopsi metode pembelajaran berbasis experiential learning untuk mengoptimalkan transfer pengetahuan praktis. Pemerintah daerah pun berkewajiban menyediakan dukungan kebijakan berupa insentif investasi, perbaikan infrastruktur pendidikan, dan penguatan regulasi sertifikasi keahlian.
KADIN Aceh, sebagai representasi dunia usaha, telah mengambil inisiatif untuk membangun platform dialog dan kolaborasi guna meningkatkan relevansi pendidikan vokasional. Melalui program kemitraan dengan berbagai institusi pendidikan, penyusunan kurikulum bersama, serta penyelenggaraan pelatihan dan sertifikasi kompetensi secara terstruktur, kami berupaya memastikan bahwa lulusan vokasi tidak hanya memiliki pengetahuan teoretis, melainkan juga keterampilan praktis dan soft skills yang mutakhir.
Vokasi: Pilar Kemandirian dan Inovasi Ekonomi
Investasi dalam pendidikan vokasional adalah investasi langsung kepada masa depan bangsa. Seiring meningkatnya permintaan akan tenaga kerja terampil yang mampu bersaing di kancah global, transformasi vokasi akan membuka jalan bagi kemandirian ekonomi yang lebih luas. Lulusan vokasi yang kompeten memiliki peluang besar untuk menciptakan lapangan kerja baru, baik melalui penyerapan di industri maupun dengan membuka usaha mandiri.
Lebih dari itu, transformasi vokasional juga berarti membangun budaya kerja yang mengedepankan inovasi, efektivitas, dan produktivitas. Penguatan SDM melalui pendidikan kejuruan tidak hanya menjawab kebutuhan pasar kerja jangka pendek, tetapi juga membentuk dasar bagi pengembangan teknologi dan inovasi berkelanjutan—suatu langkah strategis dalam menghadapi era revolusi industri 4.0.
Refleksi Akhir: Mengukir Sejarah Baru Lewat Pendidikan Vokasi
Sejarah telah mengajarkan bahwa perubahan besar dimulai dari pembaharuan di sektor pendidikan. Model pendidikan vokasional yang telah terbukti efektif di negara-negara maju merupakan cermin bagi kita untuk melakukan adaptasi dengan kearifan lokal serta kebutuhan kontemporer. Di Aceh, sinergi antara lembaga pendidikan, dunia usaha, dan pemerintah daerah harus mampu mengukir sejarah baru -- di mana setiap individu memiliki kesempatan yang setara untuk mengembangkan potensinya melalui pendidikan vokasional yang berkualitas.
Saatnya kita bersama menatap masa depan dengan optimisme yang terukur, menjadikan pendidikan vokasional sebagai fondasi pembangunan yang kokoh. Melalui kolaborasi yang harmonis, pemanfaatan teknologi, dan penerapan metode ilmiah dalam pembelajaran, Aceh dapat mencetak generasi SDM unggul yang tidak hanya siap bersaing di pasar global, tetapi juga berkontribusi secara signifikan pada kemajuan daerah dan bangsa. [**]
Penulis: Teuku Jailani Yacob, S.E (Wakil Ketua Umum KADIN Aceh Bidang Vokasi dan Sertifikasi)