Peluang Cuan "Syiah Kuala Islamic Center": Dari Pembangunan hingga Pengelolaan
Font: Ukuran: - +
Penulis : Awwaluddin Buselia
Awwaluddin Buselia, S.IP, Peneliti Lembaga Emirates Development Research (EDT). [Foto: dokumen untuk dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Opini - Syiah Kuala Islamic Center, sebuah megaproyek yang digagas untuk menjadi pusat peradaban Islam di Aceh, bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, namun juga menjadi pusat ekonomi yang menawarkan beragam peluang bagi masyarakat. Dari tahapan pembangunan hingga pengelolaan, Islamic Center ini memiliki potensi untuk menciptakan banyak peluang cuan bagi berbagai sektor di Aceh.
Tahapan Pembangunan: Berkah bagi Masyarakat Lokal
Tahap pertama, yang meliputi pembangunan fisik, membuka kesempatan emas bagi masyarakat lokal. Pembebasan lahan warga untuk pembangunan Islamic Center, meskipun sering menimbulkan polemik, memberikan kompensasi finansial yang signifikan bagi pemilik lahan. Selain itu, proyek ini akan menjadi sumber pendapatan bagi ribuan buruh bangunan, pemilik toko bahan bangunan, hingga penyedia pasir dan besi. Pembangunan ini juga memberikan peluang bagi konsultan dan kontraktor lokal untuk terlibat dalam proyek berskala besar.
Di sisi lain, Islamic Center ini akan menghidupkan ekonomi sekitar dengan berbagai sektor usaha yang terkait langsung dengan konstruksi. Toko semen, besi, dan material bangunan lainnya akan mendapatkan lonjakan permintaan yang tentunya akan berdampak positif pada perekonomian lokal. Dalam skala yang lebih luas, proyek ini juga akan menciptakan lapangan kerja baru, yang menjadi angin segar bagi masyarakat Aceh yang masih sedang berjuang memulihkan ekonomi pasca-pandemi.
Tahap Pengelolaan: Peluang di Sektor Keagamaan dan Pendidikan
Setelah Islamic Center ini selesai dibangun, tahap pengelolaan menawarkan lebih banyak peluang bisnis yang berkelanjutan. Salah satu yang paling potensial adalah pengelolaan kegiatan manasik haji dan umrah. Seiring dengan meningkatnya jumlah jemaah haji dan umrah di Aceh, Islamic Center dapat menjadi pusat manasik yang melayani ribuan jemaah setiap tahun. Potensi tumbuhnya Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) di sekitar Islamic Center juga menjanjikan potensi ekonomi bagi para pembimbing, penyelenggara, hingga penyedia jasa pelatihan.
Pelatihan manasik dan sertifikasi petugas manasik juga membuka peluang bagi Islamic Center untuk menjadi pusat sertifikasi keagamaan di Aceh. Di tahun 2021, tercatat ada sekitar 8000 pembimbing manasik bersertifikat di Indonesia, namun jumlah di Aceh sendiri belum jelas. Dengan adanya Islamic Center, Aceh bisa memperkuat posisi sebagai pusat pelatihan keagamaan yang berskala nasional, yang tentunya akan mendatangkan penghasilan bagi pengelola dan stakeholder terkait.
Studi Manuskrip dan Pusat Arkeologi: Menarik Cendekiawan Dunia
Islamic Center ini juga dapat menjadi pusat penelitian manuskrip dan arkeologi Islam. Pembelian manuskrip-manuskrip kuno yang saat ini dimiliki oleh individu-individu di Aceh akan menjadi bagian penting dari koleksi pusat studi ini. Dengan hadirnya cendekiawan dan akademisi dari berbagai universitas di dunia yang tertarik mempelajari manuskrip tersebut, Islamic Center akan menjadi pusat pengetahuan yang bergengsi, serta membuka potensi bisnis di sektor intelektual dan akademik.
Tidak hanya itu, kehadiran para peneliti dan akademisi internasional akan menghidupkan sektor pariwisata dan perhotelan di Aceh. Mereka akan memerlukan akomodasi, makanan, serta berbagai fasilitas lainnya yang tentunya dapat menjadi sumber cuan bagi pelaku usaha lokal.
Wisata Religi: Menggaet Wisatawan Mancanegara
Salah satu aspek paling potensial dari Islamic Center ini adalah sebagai destinasi wisata religi, khususnya bagi wisatawan dari Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand. Dengan fasilitas manasik haji, pusat studi Islam, serta keberadaan manuskrip kuno yang menjadi daya tarik sejarah, Islamic Center ini dapat mengundang ribuan wisatawan muslim setiap tahunnya.
Bisnis travel, hotel, hingga kuliner di sekitar Islamic Center akan mendapat angin segar dari gelombang wisatawan religi ini. Pengelola travel bisa menawarkan paket wisata religi ke Islamic Center, yang tidak hanya mencakup kegiatan spiritual namun juga edukatif. Di sisi lain, keberadaan warung-warung dan rumah makan yang menyajikan makanan khas Aceh akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong.
Peluang Bisnis yang Tidak Terbatas
Syiah Kuala Islamic Center bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga pusat ekonomi yang memiliki peluang bisnis yang tak terbatas. Mulai dari tahapan pembangunan hingga pengelolaan, Islamic Center ini membuka pintu bagi masyarakat Aceh untuk memanfaatkan setiap peluang ekonomi yang ada. Dengan perencanaan yang matang, Islamic Center ini tidak hanya menjadi simbol kebangkitan spiritual Aceh, tetapi juga kebangkitan ekonominya.
Jika dikelola dengan baik, Islamic Center ini dapat menjadi magnet bagi investor, wisatawan, serta intelektual dari seluruh dunia. Kesempatan bagi masyarakat Aceh untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari proyek ini sangat besar, dan diharapkan semua pihak dapat berkontribusi dalam menjadikan Syiah Kuala Islamic Center sebagai pusat ekonomi dan spiritual yang membawa kemakmuran bagi Aceh. [**]
Penulis: Awwaluddin Buselia, S.IP (Peneliti Lembaga Emirates Development Research (EDT))
- Pembuatan Qanun Pengelolaan Bubu Ikan Karang, Solusi Konflik Antar-Nelayan di Aceh Barat
- Tingkatkan Pengelolaan Usaha, Diskopukmdag Banda Aceh Akan Luncurkan Aplikasi SI-PKL
- Pemko Banda Aceh Komit Lanjutkan Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah
- Gandeng UPSI Malaysia, SPS USK Gelar Bimtek Pengelolaan Jurnal