Peran Orang Tua dan Guru dalam Menginternalisasikan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat
Font: Ukuran: - +
Penulis : Muhammad Syawal Djamil
Muhammad Syawal Djamil, Praktisi Pendidikan. [Foto: dokumen untuk dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Opini - Pada penghujung tahun lalu, tanggal 27 Desember 2024, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) secara resmi meluncurkan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Gerakan ini bertujuan untuk membentuk karakter anak-anak Indonesia melalui kebiasaan sederhana yang diharapkan menjadi landasan bagi perkembangan mereka.
Kebiasaan-kebiasaan yang dimaksud itu ialah bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, gemar belajar, bersosialisasi, dan tidur cepat. Meskipun tampak mudah di mata kita, yang harus dipahami, untuk membumikan kebiasaan-kebiasaan ini menghadirkan tantangan sulit untuk dijalani, terlebih dengan dinamika kehidupan sekarang yang begitu kompleks, terutama bagi anak-anak di era digital ini.
Jika mau direfleksikan dan ditelisik lebih jauh, untuk bisa menginternalisasikan kebiasaan-kebiasaan itu, peran orang tua dan guru menjadi sangat sentral. Mau tidak mau, orang tua dan guru mesti berperan tidak hanya sebagai pihak yang memberikan instruksi, tetapi juga sebagai pembimbing yang memberi teladan serta mendukung anak-anak dalam mengembangkan karakter dan kebiasaan baik. Tentunya dalam kenyataan, kebiasaan-kebiasaan ini, meskipun tampak sederhana, membutuhkan usaha yang konsisten dan penuh perhatian dari orang tua, guru, serta yang tidak boleh dinafikan lingkungan sekitar, untuk kemudian menjadikannya sebagai kebiasaan yang mendarah daging pada diri individu anak-anak.
Dimulai di Rumah
Bagi seorang anak, rumah adalah sekolah pertama, dan orang tua adalah guru pertamanya. Setiap hari, anak-anak belajar nilai-nilai kehidupan yang membentuk karakter mereka. Kebiasaan seperti bangun pagi, makan dengan baik, atau tidur tepat waktu sangat bergantung pada pola hidup yang diterapkan di rumah. Orang tua yang memiliki disiplin dalam menjalani rutinitas sehari-hari akan memberikan contoh nyata yang akan ditiru oleh anak-anak mereka.
Maka itu, penting bagi orang tua untuk menjadi teladan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Anak-anak secara alami cenderung meniru apa yang mereka lihat. Oleh karena itu juga, jika orang tua rutin bangun pagi, berolahraga, atau menjaga pola makan yang sehat, anak-anak akan lebih mudah untuk mengikuti kebiasaan tersebut. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran orang tua dalam memberikan contoh konkret, tidak hanya berbicara tentang nilai-nilai yang baik, tetapi juga menghidupi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka.
Selain itu, penerapan disiplin yang konsisten di rumah juga menjadi kunci utama. Sebagai contoh, orang tua dapat membantu anak-anak dalam mengatur waktu untuk belajar, bermain, dan beristirahat. Salah satu tantangan terbesar saat ini adalah pengaruh perangkat digital yang memengaruhi kebiasaan tidur dan waktu belajar anak. Orang tua perlu memberikan batasan yang jelas tentang penggunaan teknologi dan menetapkan waktu tidur yang sehat. Kita yakin, dengan disiplin yang terstruktur, anak-anak dapat belajar untuk mengatur hidup mereka dengan lebih baik.
Pendidikan karakter tidak hanya berbicara soal kebiasaan fisik, tetapi juga tentang kebutuhan emosional anak. Ketika anak-anak merasa didukung, dihargai, dan dicintai, mereka akan lebih cenderung mengembangkan kebiasaan yang positif. Oleh karena itu, orang tua tidak boleh (dan hanya) berperan dalam aspek fisik anak, tetapi juga dalam memberikan dukungan emosional yang sangat penting bagi perkembangan anak.
Di Sekolah
Selain orang tua, guru memiliki peran yang tidak kalah penting dalam membentuk karakter anak. Guru bukan hanya bertugas mengajar pelajaran akademik, tetapi juga mendidik anak-anak untuk menjadi pribadi yang berbudi pekerti. Di dalam kelas, guru memiliki kesempatan untuk mengembangkan kebiasaan belajar yang baik pada anak-anak. Dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan mendukung, guru dapat memotivasi siswa untuk memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan mengembangkan kebiasaan gemar belajar.
Guru juga berfungsi sebagai panutan bagi anak-anak. Anak-anak yang menghabiskan waktu lebih lama di sekolah akan banyak terpengaruh oleh sikap dan perilaku guru mereka. Ketika guru menunjukkan kebiasaan baik, seperti disiplin dalam mengatur waktu, menjaga kesehatan, atau berinteraksi secara positif dengan sesama, anak-anak cenderung akan menirunya. Dalam hal ini, guru menjadi contoh hidup yang sangat berpengaruh dalam membentuk kebiasaan anak-anak.
Namun demikian, harus diakui, peran guru tidak hanya terbatas pada pelajaran akademik. Pembentukan karakter anak juga terjadi melalui kegiatan ekstrakurikuler yang mereka ikuti, seperti olahraga, seni, atau kegiatan sosial. Guru yang melibatkan diri dalam kegiatan ini dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan sosial dan emosional, serta memperkuat kebiasaan positif di luar ruang kelas. Karena dalam berbagai kegiatan tersebut, anak-anak belajar bekerja sama, berkomunikasi dengan baik, dan memahami nilai-nilai sosial yang esensial dalam kehidupan sehari-hari.
Kerjasama dengan Masyarakat
Guna menyukseskan proses internalisasi tujuh kebiasaan hebat ini, peran orang tua dan guru dalam pembentukan kebiasaan baik tidak bisa berjalan sendirian. Keluarga dan sekolah harus bekerja sama untuk mendukung anak-anak dalam menjalani kebiasaan yang baik. Tak hanya itu, masyarakat sekitar juga memiliki peran penting. Komunitas sosial tempat anak-anak tumbuh akan sangat memengaruhi pembentukan karakter mereka. Ketika anak-anak terlibat dalam kegiatan sosial di luar rumah dan sekolah, seperti kerja bakti, gotong-royong, atau kegiatan kemasyarakatan lainnya, mereka belajar tentang pentingnya kebiasaan bersosialisasi dan peduli terhadap sesama.
Masyarakat yang mendukung perkembangan kebiasaan baik pada anak-anak akan memperkuat fondasi karakter yang telah dibangun di rumah dan sekolah. Program-program yang melibatkan orang tua, guru, dan masyarakat secara bersamaan akan memberikan dampak yang lebih besar dalam pembentukan kebiasaan anak. Sebuah kebiasaan yang diterapkan secara konsisten di rumah, diperkuat di sekolah, dan didukung oleh lingkungan sosial akan lebih mudah diinternalisasikan oleh anak-anak.
Kita menyadari, meskipun proses ini tidak mudah, harapan untuk membentuk generasi yang cakap, sehat, dan berbudi pekerti tinggi tetap ada. Tantangan yang dihadapi dalam menginternalisasikan kebiasaan baik memang besar, apalagi dengan adanya berbagai tekanan sosial dan pengaruh teknologi. Namun demikian, dengan upaya yang konsisten dan kolaborasi antara orang tua, guru, dan masyarakat, kita bisa menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga sehat secara fisik dan kuat secara emosional.
Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, adalah sebuah langkah penting untuk mewujudkan harapan ini, dan untuk implementasinya memerlukan lebih dari sekadar retorika. Dibutuhkan kerja sama yang erat antara berbagai pihak agar kebiasaan baik tersebut benar-benar menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari anak-anak kita. Dengan dukungan yang holistik, anak-anak Indonesia dapat tumbuh menjadi generasi yang dapat mengatur hidupnya dengan bijaksana, seimbang, dan penuh integritas. [**]
Penulis: Muhammad Syawal Djamil (Praktisi Pendidikan)
- Revisi UU Minerba, Rektor UMJ Tolak Pemberian Konsesi Tambang untuk Perguruan Tinggi
- Hadiri Pengukuhan Guru Besar USK, Safrizal: Pembangunan Aceh Butuh Masukan dari Akademisi
- Kacabdin: SLB Simeulue Masih Kekurangan Tenaga Guru Khusus dan Fasilitas Pendukung
- PBNU Tegaskan 11 Organisasi Ini Tidak Termasuk Struktur Resmi NU
Berita Populer
![KNPI](https://dialeksis.com/images/web/2025/02/ULtah-dialeksis-(1).jpg)
![utu](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(16).jpg)
![dispora](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(13).jpg)
![DPKA](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(5).jpg)
![DSI](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(2).jpg)
![dinas pangan](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/ULtah-dialeksis.jpg)
![BPMA](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(17).jpg)
![T.heri](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(9).jpg)
![unimal](https://dialeksis.com/images/web/2025/01/Black-and-Yellow-Simple-Webinar-Event-Instagram-Post-(8).jpg)