DIALEKSIS.COM | Opini - Pantai Hitam Blang Paseh yang terletak di Gampong Pekan Soet, Kecamatan Kota Sigli, Kabupaten Pidie, merupakan destinasi wisata andalan. Dengan keindahan pasir hitamnya yang unik dan panorama laut yang memesona, pantai ini selalu ramai dikunjungi, terutama saat sore hari dan akhir pekan. Tidak hanya warga sekitar, pengunjung dari luar daerah juga kerap datang untuk menikmati suasana alam yang masih asri dan semilir angin laut yang menyegarkan.
Sayangnya, keindahan pantai ini menyimpan persoalan serius: sampah yang berserakan di tepi pantai.
Mengutip data global, Indonesia menghasilkan sekitar 7,8 juta ton sampah plastik setiap tahun, 4,9 juta ton di antaranya tidak dikelola dengan baik -- berpotensi bocor ke laut lewat jalur sungai dan pesisir . Dari volume besar itu, 346.500 - 552.300 ton plastik diperkirakan terbawa dari daratan ke laut setiap tahun . Sebagian besar sampah ini, utamanya plastik sekali pakai, merupakan ancaman nyata bagi ekosistem pantai.
Khusus di Pantai Hitam Blang Paseh, relawan lokal dan pemerintah daerah mencatat bahwa lebih dari 70% sampah yang ditemukan di garis pantai adalah plastik sekali pakai -- seperti kantong, botol, dan styrofoam. Mayoritas berasal dari aktivitas wisatawan dan masyarakat yang belum disiplin dalam membuang sampah.
Sampah plastik, botol air mineral, kemasan makanan, hingga sisa-sisa bahan bangunan tampak menumpuk dan mencemari lingkungan. Pemandangan ini tentu sangat mengganggu kenyamanan pengunjung dan merusak ekosistem pantai yang seharusnya dijaga kelestariannya.
Selain itu, menurut KLHK per 2024, sampah plastik menyumbang 18,55% dari total timbulan sampah nasional, tepat di urutan kedua setelah sampah makanan. Indonesia juga tercatat memiliki lebih dari 12,87 juta ton sampah plastik yang mengendap di perairan laut, meski pemerintah menargetkan pengurangan hingga 70% pada 2025 .
Salah satu penyebab utama adalah rendahnya kesadaran masyarakat dan pengunjung. Di banyak daerah, termasuk Pidie, fasilitas seperti tempat sampah dan pengelolaan limbah masih terbatas. Relawan di Sigli menyatakan bahwa meski telah melakukan aksi bersih pantai rutin, volume sampah kembali menumpuk setiap minggu -- indikasi bahwa pencegahan masih sangat kurang.
Pemerintah setempat sebenarnya telah beberapa kali melakukan aksi bersih-bersih pantai bersama relawan dan komunitas peduli lingkungan. Namun, tanpa adanya kesadaran kolektif dari semua pihak, usaha tersebut tidak akan memberikan dampak jangka panjang. Setiap hari, volume sampah yang muncul kembali hampir selalu sama, seolah menjadi siklus yang tidak pernah terputus.
Langkah intervensi memang telah dilakukan, antara lain penambahan tempat sampah, kampanye sosial, dan penerapan Perpres No. 83/2018 melalui Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL) hingga 2025. Namun, tanpa pengawasan dan dana lokal yang memadai -- khususnya di wilayah seperti Pidie -- hasilnya belum optimal.
Sampah di Pantai Hitam Blang Paseh. [Foto: HO-dokpri]Dari sudut ekologi, plastik yang terurai menjadi mikroplastik akan masuk ke rantai makanan. Hal ini tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga membahayakan kesehatan masyarakat dan keanekaragaman laut.
Untuk menangani sampah tentu dibutuhkan strategi menyeluruh dan peran kolektif semua, yaitu:
1. Penguatan edukasi dan kampanye -- Libatkan sekolah, komunitas, dan media lokal untuk menanamkan perilaku bertanggung jawab sejak dini.
2. Penyediaan fasilitas memadai -- Tempat sampah, tim pengangkut, serta pengelolaan sampah terpadu di area pantai.
3. Penegakan hukum lokal -- Penerapan sanksi tegas bagi pelaku pembuang sampah sembarangan.
4. Kolaborasi multi-pihak -- Pemerintah, tokoh masyarakat, pengusaha lokal, dan NGO bisa menjalankan program adopsi pantai.
5. Pengembangan ekonomi sirkular -- Daur ulang dan nilai tambah dari sampah dapat meningkatkan ekonomi lokal sekaligus mengurangi limbah.
Pantai Hitam Blang Paseh punya potensi besar sebagai magnet wisata dan identitas lokal Pidie. Namun, tanpa upaya serius untuk mengubah perilaku pengunjung dan pengelolaan sampah, pesonanya dapat memudar.
Keindahan Pantai Hitam Blang Paseh adalah anugerah yang harus dijaga. Jangan sampai pesona alam yang begitu indah rusak hanya karena ulah tangan manusia yang tak peduli. Mari jaga kebersihan pantai ini, bukan hanya dengan bersih-bersih sekali, tetapi dengan membangun budaya bersih berkelanjutan bagi masa depan generasi Pidie. [**]
Penulis: Muammar Khadafi (Mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh]