Selamat Berjuang, Mualem!
Font: Ukuran: - +
Penulis : Aryos Nivada
Aryos Nivada Akademisi FISIP Universitas Syiah Kuala dan Pendiri Jaringan Survei Inisiatif serta Lingkar Sindikasi Grub
DIALEKSIS.COM | Opini - Pasca dilantik pada hari ini, Rabu, 12 Februari 2025, Mualem dan Dek Fadh resmi mengemban amanah sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh. Dua sosok yang pernah menorehkan sejarah sebagai pejuang kemerdekaan masing-masing pernah menjabat sebagai Panglima dalam Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Panglima Komando Operasi GAM Wilayah Pidie kini melanjutkan perjuangan yang telah lama mereka mulai.
Namun, perjuangan ini kini memasuki medan yang berbeda, yakni ranah pemerintahan, di mana keputusan dan kebijakan yang diambil akan menentukan hajat hidup jutaan masyarakat Aceh.
Keunggulan Mualem yang berasal dari kalangan bawah dan selalu dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, menjadi modal berharga untuk memahami permasalahan yang kerap kali terjadi di tengah-tengah warga. Dalam setiap tantangan, mulai dari kemiskinan, kurangnya lapangan pekerjaan, terbatasnya akses irigasi, subsidi pupuk, harga pasca panen, hingga kendala permodalan, tersimpan peluang untuk inovasi jika kita mau mendekatkan diri, mengamati, dan mencari solusi yang nyata.
Menurut teori kebijakan publik, keberhasilan sebuah program pembangunan sangat bergantung pada partisipasi masyarakat dan kolaborasi lintas sektor. Kedekatan dengan kalangan bawah seharusnya menjadi landasan untuk menumbuhkan empati serta pemahaman yang mendalam terhadap kondisi lokal.
Dari sinilah lahir gagasan-gagasan yang masuk akal, realistis, dan paling penting, dapat diimplementasikan secara efektif. Dengan melibatkan para ahli dari berbagai disiplin ilmu termasuk akademisi dan praktisi di lapangan kita dapat memperkaya perspektif dan menghasilkan solusi yang tepat sasaran.
Ke depan, arah pembangunan Aceh sebaiknya difokuskan pada tiga bidang strategis: peningkatan sumber daya manusia (SDM), pertanian, dan perikanan. Contoh inspiratif dapat dilihat pada kepemimpinan Fadel Muhammad di Provinsi Gorontalo. Dalam periode pertamanya, Fadel berhasil menerapkan program unggulan seperti swasembada jagung, peningkatan produksi perikanan melalui skema pembiayaan yang mendukung para nelayan, serta kerja sama lintas daerah misalnya dengan Pemerintah Provinsi Bali untuk mengembangkan usaha peternakan sapi di perdesaan.
Keberhasilan program-program tersebut terbukti dari dukungan masyarakat yang mencapai 93% pada pemilihan gubernur berikutnya. Di tengah krisis pangan global, hal ini mengingatkan kita bahwa sektor pertanian tetap menjadi kekuatan besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan. Pembangunan pertanian harus diarahkan pada dua tujuan utama, yaitu menjamin ketahanan pangan dan mendorong kegiatan ekonomi rakyat di pedesaan.
Hal lain penting juga sangat dipertimbangkan program pembangunan jalur pipa gas dari Lhokseumawe ke Banda Aceh merupakan salah satu gagasan dan program unggulan yang menjadi warisan kepemimpinan Mualem dan akan terus dikenang oleh masyarakat Aceh. Apabila proyek tersebut terwujud, ia akan menjadi bukti nyata akan visi dan komitmen kepemimpinan Mualem.
Mualem dan Dek Fadh kini memiliki momentum emas untuk mendorong kemajuan Aceh. Informasi terkini mengungkapkan bahwa Menteri Pekerjaan Umum RI, Dody Hanggodo, sangat menekankan pembangunan irigasi dengan pernyataan,
"Fokus kami adalah air, utamanya air untuk mendukung swasembada pangan sesuai instruksi Pak Presiden."
Dua bendungan besar dari Proyek Strategis Nasional (PSN) telah berdiri sebagai tonggak penting dalam mendukung sektor pertanian, yaitu:
Bendungan Keureuto di Kabupaten Aceh Utara, dengan kapasitas tampung 216 juta meter kubik, yang mampu mengairi 9.455 hektar lahan serta menyuplai air baku hingga 0,5 meter kubik per detik.
Bendungan Rukoh di Kabupaten Pidie, dengan kapasitas tampung 128 juta meter kubik, yang dapat mengairi 11.950 hektar lahan dan menyuplai air baku hingga 0,90 meter kubik per detik.
Pemanfaatan optimal infrastruktur-irigasi tersebut sangat krusial untuk mengakselerasi pemberdayaan lahan pertanian, khususnya agar setiap petani dapat merasakan manfaat langsung. Prinsip Menteri PU, bahwa "apapun yang dibangun harus memberikan efek super positif kepada sosial ekonomi masyarakat setempat," menjadi acuan dalam setiap program yang dijalankan.
Tak kalah penting, tantangan mendasar lainnya adalah optimalisasi porsi anggaran untuk mengembangkan potensi daerah, sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dibutuhkan terobosan kreatif agar pemerintah tidak selalu bergantung pada dana transfer dari pusat, mengingat kontribusi PAD saat ini masih relatif minim. Dalam konteks ini, sinergi antara pemerintah daerah dan kementerian terkait harus terus diupayakan agar setiap rencana aksi sejalan dengan visi dan misi yang diamanatkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Sebagaimana pepatah Aceh yang bijak mengingatkan,
"Kuasa harus di meungui ngon bijaksana mangat na berkah ngon munafaat keu mandum ureung", Artinya, kekuatan dan potensi yang dimiliki harus diiringi dengan kebijaksanaan agar membawa keberkahan dan manfaat bagi sesama.
Akhir kata, segenap masyarakat Aceh mengucapkan selamat berjuang untuk lima tahun mendatang dalam memimpin negeri ini. Semoga setiap tantangan dan rintangan dapat dilewati dengan mulus, dan setiap langkah yang diambil membawa kemaslahatan bagi seluruh rakyat Aceh, sebagaimana cita-cita perjuangan masa lalu yang telah mengukir sejarah.
Penulis: Aryos Nivada Akademisi FISIP Universitas Syiah Kuala dan Pendiri Jaringan Survei Inisiatif serta Lingkar Sindikasi Grub