Jum`at, 12 Desember 2025
Beranda / Pemerintahan / Distanbun Aceh Gerak Cepat Selamatkan Panen Cabai di Aceh Tengah

Distanbun Aceh Gerak Cepat Selamatkan Panen Cabai di Aceh Tengah

Kamis, 11 Desember 2025 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Kepala Distanbun Aceh, Ir. Cut Huzaimah, MP. Foto: Nora/Dialeksis


DIALEKSIS.COM | Aceh - Banjir bandang dan longsor yang memutus akses jalan di sejumlah wilayah Aceh mulai menekan rantai pasok komoditas hortikultura, terutama cabai. Di Aceh Tengah, sekitar 11 ribu hektare lahan cabai yang sedang panen raya terancam tak tersalurkan karena kendaraan tak bisa melintasi jalur utama yang tertimbun material longsor.

Situasi ini membuat sebagian petani menahan panen di gudang-gudang kecil, sembari berharap ada jalan keluar sebelum cabai kehilangan kualitasnya. Pemerintah Aceh, melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun), merespons cepat untuk menahan kerugian petani yang kian membesar.

Salah satu langkah darurat yang langsung dijalankan adalah pengangkutan cabai menggunakan pesawat logistik. Pesawat yang membawa bantuan ke Bandara Rembele, Bener Meriah, kini diarahkan kembali terbang dengan muatan panen cabai dari dataran tinggi Gayo. Jalur udara menjadi opsi vital selama akses darat belum pulih.

Dinas Pangan Aceh bersama Distanbun Aceh juga menyiapkan subsidi ongkos angkut, terutama untuk perjalanan dari titik penampungan petani menuju bandara. Upaya ini dipadukan dengan fasilitasi pertemuan antara kelompok tani dan perusahaan-perusahaan pembeli cabai di Aceh Tengah dan Bener Meriah, agar panen tetap terserap meski distribusi terhambat.

Kepala Distanbun Aceh, Ir. Cut Huzaimah, MP, mengatakan langkah cepat ini diambil untuk memastikan panen tidak terbuang sia-sia. “Petani kita sedang berada pada puncak panen. Ketika jalan terputus, mereka kehilangan saluran distribusi. Karena itu pemerintah harus hadir, memastikan setiap kilo cabai tetap bernilai,” ujar Cut Huzaimah di Takengon.

Ia menjelaskan bahwa jalur udara menjadi “lorong darurat” paling efektif untuk menjaga suplai tetap bergerak. “Selama akses darat belum normal, pesawat adalah jembatan kita. Kami ingin memastikan panen ini berpindah tangan, bukan membusuk di gudang,” katanya.

Cut Huzaimah juga meminta kelompok tani mengoordinasikan panen secara kolektif, mengumpulkan hasil di titik penampungan yang telah dipetakan Distanbun, serta berkoordinasi dengan penyuluh untuk penjadwalan muatan pesawat. “Semua harus bergerak serempak. Kami siapkan angkutannya, petani siapkan produknya, dan pembeli menyiapkan serapannya,” ujarnya.

Di tengah situasi ini, pemerintah juga menyiapkan pengendalian harga untuk mencegah spekulasi di pasar. Stabilitas harga di tingkat petani dan konsumen menjadi perhatian agar tidak terjadi lonjakan atau penurunan ekstrem akibat terganggunya distribusi.

Meski sebagian titik masih terisolasi, Cut Huzaimah optimistis pemulihan berlangsung cepat. “Kita diuji oleh bencana, tapi kita membuktikan bahwa respons harus sigap agar ekonomi petani tetap bergerak,” katanya.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI