DIALEKSIS.COM | Jakarta - Inspektorat Jenderal Kementerian Agama (Itjen Kemenag) kembali menunjukkan kualitas terbaiknya dalam tata kelola keuangan negara. Pada Semester II 2024, lembaga ini berhasil menyabet dua penghargaan sekaligus dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta IV: Satuan Kerja Terbaik I Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) untuk kategori pagu anggaran Rp150“800 miliar, dan gelar Satuan Kerja dengan Nilai IKPA Tertinggi di lingkungan Kementerian Agama, dengan skor nyaris sempurna, 99,83.
Prestasi ini bukan sekadar angka, melainkan bukti komitmen Itjen Kemenag dalam menerapkan prinsip pengelolaan anggaran yang efisien, akuntabel, dan transparan. Plt. Inspektur Jenderal Kemenag, Faisal Ali Hasyim, menegaskan bahwa capaian ini adalah hasil kolaborasi seluruh jajaran Itjen yang tak hanya fokus pada pelaporan, tetapi juga memperkuat integritas dan pengawasan internal secara konstruktif.
“Penghargaan ini membuktikan bahwa pengawasan bukanlah beban, melainkan solusi. Ketika dijalankan secara konsisten dan berbasis risiko, tata kelola anggaran akan semakin baik,” tegas Faisal dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (9/4).
Ia menambahkan, keberhasilan ini sekaligus mencerminkan keberhasilan transformasi birokrasi Kemenag yang mengedepankan transparansi, adaptasi, dan orientasi pada hasil.
Faisal juga menyoroti peran sinergi dengan mitra strategis, termasuk KPPN Jakarta IV, yang aktif memberikan pembinaan dan pemantauan berkala. “Kami tidak bekerja sendiri. Ini adalah buah dari kolaborasi yang solid,” ujarnya.
Di balik kesuksesan tersebut, Itjen Kemenag terus mendorong inovasi melalui pemanfaatan teknologi dalam sistem pelaporan dan peningkatan kapasitas SDM. Langkah ini diyakini mampu menciptakan budaya kerja yang adaptif dan gesit dalam menghadapi dinamika pengelolaan keuangan negara.
Kedua penghargaan ini diharapkan menjadi pemacu semangat bagi seluruh unit kerja di bawah Kementerian Agama untuk terus meningkatkan kualitas penyerapan anggaran yang tepat sasaran, efisien, dan berintegritas. “Ini bukan akhir, tapi awal untuk terus berkontribusi optimal bagi negara,” pungkas Faisal.