Rabu, 04 Juni 2025
Beranda / Pemerintahan / Jelang Idul Adha 1446 H: Kadisnak Aceh Berikan Himbauan kepada Panitia Kurban, Simak!

Jelang Idul Adha 1446 H: Kadisnak Aceh Berikan Himbauan kepada Panitia Kurban, Simak!

Minggu, 01 Juni 2025 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Kepala Dinas Peternakan Aceh, Zalsufran. Foto: doc Dialeksis


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Menjelang pelaksanaan ibadah kurban, Dinas Peternakan Aceh mengimbau seluruh panitia penyembelihan hewan kurban di seantero provinsi agar mengutamakan kebersihan dan higienitas dalam setiap tahapan; mulai dari penyembelihan, penanganan daging, hingga pendistribusian kepada masyarakat. Imbauan ini dicanangkan untuk menjamin bahwa daging kurban yang diterima warga tetap sehat, bersih, dan aman untuk dikonsumsi.

Kepala Dinas Peternakan Aceh, Zalsufran, menegaskan bahwa salah satu poin utama adalah memisahkan penanganan daging dan jeroan. 

“Penanganan daging tidak boleh bercampur dengan jeroan. Kedua jenis bahan tersebut harus diletakkan di tempat yang berbeda secara fisik, baik saat pemotongan maupun penyimpanan sementara. Hal ini bertujuan mencegah kontaminasi bakteri dan menjaga kualitas protein hewan kurban yang akan dikonsumsi langsung oleh masyarakat,” ujarnya kepada Dialeksis saat dihubungi, Minggu (1/6/25).

Lebih lanjut, Zalsufran menjelaskan bahwa meja dan talenan yang digunakan untuk mencacah daging wajib berbahan plastik polietilen (PE) atau high - density polyethylene (HDPE). 

“Talenan kayu atau bahan lain yang sulit dibersihkan sebaiknya dihindari. Permukaan talenan plastik lebih mudah disterilisasi, sehingga risiko bakteri menempel dapat diminimalkan. Selain itu, pisau yang digunakan juga harus selalu dalam kondisi tajam dan steril. Pisau tumpul berisiko merobek serat daging hingga menimbulkan permukaan tidak rata, yang bisa menjadi sarang bakteri,” tambahnya.

Untuk menjaga kebersihan area pemotongan, kata Zalsufran, panitia harus rutin membersihkan dan mendisinfeksi meja serta lantai.

“Jangan biarkan daging diletakkan langsung di lantai; gunakan wadah tertutup seperti boks atau baskom plastik tahan air. Bersihkan permukaan kerja setiap beberapa jam sekali, terutama setelah selesai memotong beberapa ekor hewan. Hal ini akan mengurangi risiko penularan kuman yang bisa membahayakan kesehatan konsumen,” ujarnya sambil menekankan pentingnya protokol kebersihan berkelanjutan.

Selain itu, Zalsufran mengingatkan agar talenan dan pisau digunakan secara terpisah untuk daging dan jeroan. “Pastikan talenan untuk jeroan tidak tertukar dengan talenan daging. Setiap peralatan harus diberi label atau warna khusus agar petugas di lapangan tidak keliru. Kalau ada indikasi kontaminasi, segera ganti talenan dan pisau dengan yang baru untuk menjaga kualitas daging,” jelasnya.

Petugas juga wajib mengenakan sarung tangan sekali pakai saat menangani daging dan jeroan. “Penggunaan sarung tangan medis atau sekali pakai bukan hanya sekadar prosedur, tetapi langkah protektif agar tangan petugas tak langsung bersentuhan dengan protein hewan mentah. Ganti sarung tangan setiap kali berpindah tugas misalnya setelah membersihkan peralatan atau memindahkan daging ke wadah distribusi,” ujarnya.

Dalam imbauannya, Zalsufran juga menekankan agar petugas tidak bersin atau batuk langsung ke arah daging. “Jika merasa kurang enak badan batuk atau bersin sebaiknya jarak minimal satu meter dari area penyembelihan, atau gunakan masker untuk menutup mulut dan hidung. Selain itu, penggunaan insektisida atau obat nyamuk di lokasi penanganan daging sangat tidak disarankan karena bahan kimia tersebut berpotensi mencemari daging. Jika perlu, gunakan kelambu atau kelambu kasa untuk mencegah serangga datang,” terangnya.

Lebih jauh, ia mengingatkan untuk selalu memeriksa kondisi hewan sebelum disembelih. “Pastikan hewan dalam keadaan sehat, tidak cacat fisik atau memiliki penyakit menular. Jika ditemukan bagian daging atau organ yang terlihat tidak layak konsumsi misalnya berlendir, berbau tidak sedap, atau berwarna mencurigakan langsung pisahkan dan musnahkan. Jangan sampai daging tersebut masuk ke dalam distribusi, karena akan membahayakan konsumen,” ujarnya.

Sebagai penutup, Zalsufran menegaskan bahwa kerja sama antara panitia kurban, petugas Dinas Peternakan, dan jajaran desa/kelurahan sangat penting untuk mensukseskan penyembelihan hewan kurban yang bersih, aman, dan bernilai ibadah. 

“Mari jaga niat kita dalam berkurban dengan mematuhi protokol kebersihan dan kesehatan. Dengan begitu, daging kurban yang disalurkan tidak hanya berkah secara spiritual, tetapi juga menyehatkan jasmani masyarakat Aceh,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI