Lukisan Istana Darud Dunia hingga Manuskrip Kuno di Museum Aceh
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-7 tak hanya menampilkan kuliner tradiosional dan budaya Tanah Rencong saja. Benda-benda sejarah hingga manuskrip kuno ikut dipamerkan dalam event empat tahunan itu.
Pameran sejarah Aceh digelar di Aceh History Expo yang digelar di Museum Aceh. Di dalam gedung berlantai tiga itu, terdapat sejumlah stand yang memamerkan lukisan-lukisan benda bersejarah. Di sana, juga ada pemandu yang siap menjelaskan secara detail tentang stand milik mereka.
Dalam pameran sejarah Aceh ini juga dipamerkan lukisan "Istana Darud Dunia" yang dilukis selama 14 tahun. Lukisan yang baru siap sekitar 90 persen ini dipamerkan di stand "Sayed Art". Lukisannya menampilkan istana Aceh pada masa Sultan Iskandar Muda menjabat lengkap dengan bangunan istana dan pasukan bergajah yang menjadi pengawal.
Selain lukisan, benda-benda seperti batu nisan, pecahan keramik pada masa lampau dan lainnya juga banyak dipamerkan. Penggemar sejarah, dapat melongok langsung dan mempelajari sejarah Tanah Rencong pada masa dulu.
Pada pameran sejarah ini, juga ada manuskrip-manuskrip kuno yang dipamerkan. Salah satunya adalah "Rumoh Manuskrip Aceh" milik kolektor manuskrip kuno Tarmizi A Hamid. Dia memamerkan 22 manuskrip dengan beragam tema.
Di antaranya, ada Alquran tertua yang berusia ratusan tahun, kitab gempa dan lainnya. Menurut Tarmizi, dirinya ikut memamerkan empat naskah manuskrip yang merupakan karya terbesar yaitu manuskrip "Bustanul Assatin", "Siratal Almustaqim", dan "Wiratul Tulab".
"Kita juga memamerkan manuskrip lain tentang gempa, kecantikan, perjodohan dan banyak lagi. Yang kita pamerkan ini 22 manuskrip dari ratusan koleksi," kata Tarmizi.
"Pada koleksi saya sendiri, saya akan bongkar habis ini. Yang kita pamerkan adalah menangkut dengan harga diri orang Aceh sesungguhnya dan identitas orang Aceh Sesunggunya. Kita buka semua," jelas Tarmizi.
Dalam pameran tersebut, Tarmizi juga akan memperkenalkan tinta dan kertas yang dipakai untuk menulis manuskrip. Pameran sejarah Aceh ini dibuka dari pagi hingga pukul 17.00 WIB sore.
"Kita akan berikan informasi ke pengunjung gimana kertasnya, tintanya," ungkap pria yang akrab disapa Cek Midi ini. (adv)