Debat Pilgub Aceh Perdana Menuai Apresiasi
Font: Ukuran: - +
Reporter : Arn
Faji Amin, tokoh pemuda Simeulue. Foto: net
DIALEKSIS.COM | Aceh - Suasana Amel Hotel Banda Aceh pada Jumat malam, 25 Oktober 2024, tampak berbeda dari biasanya. Puluhan pasang mata tertuju pada layar televisi yang menampilkan debat perdana calon gubernur dan wakil gubernur Aceh. Meski tidak semua warga bisa hadir langsung, siaran live Kompas TV membuat gelaran debat ini bisa disaksikan hingga ke pelosok Serambi Mekkah.
"Antusiasme masyarakat luar biasa," kata Faji Amin, tokoh pemuda Simeulue yang juga alumni Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala.
Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh dinilai sukses menggelar debat pertama ini. Kesuksesan tersebut, menurut Faji, tidak lepas dari koordinasi apik antara komisioner KIP dengan kedua pasangan calon, tim perumus, dan panelis. "Semua berjalan sesuai rencana," ujarnya.
Debat yang mengangkat dua tema besar ini menghadirkan panelis dari tiga perguruan tinggi ternama di Aceh: Universitas Syiah Kuala, UIN Ar-Raniry, dan Universitas Malikussaleh Lhokseumawe. Para akademisi ini mengajukan pertanyaan seputar penerapan syariat Islam, keistimewaan Aceh, hingga isu-isu strategis seperti pembangunan berkelanjutan dan kesetaraan gender.
Kedua pasangan calon mendapat kesempatan yang sama untuk memaparkan visi-misi mereka. "Ini bukan sekadar adu argumentasi," tegas Faji. "Tapi momentum bagi publik memahami solusi yang ditawarkan para calon untuk Aceh lima tahun ke depan."
Menariknya, debat perdana ini menyoroti isu-isu krusial yang selama ini jarang diangkat ke permukaan. Mulai dari perlindungan hak perempuan dan anak, nasib penyandang disabilitas, hingga perhatian terhadap kelompok minoritas dan marginal di Aceh.
Baik paslon nomor urut 01 maupun 02 mengaku puas dengan penyelenggaraan debat. Meski terjadi beberapa kali perdebatan hangat, suasana tetap terkendali berkat moderator yang mampu mengendalikan jalannya diskusi.
KIP Aceh masih akan menggelar dua sesi debat berikutnya. "Kami berharap debat kedua dan ketiga bisa lebih baik lagi," kata Faji. Ia menambahkan, penting bagi pendukung kedua kubu untuk tetap menjaga kedamaian selama rangkaian debat berlangsung.
Momentum debat ini menjadi krusial mengingat Pilkada serentak 2024 di Aceh tinggal menghitung hari. Masyarakat berharap, visi dan misi yang dipaparkan dalam debat bukan sekadar janji kampanye, melainkan komitmen nyata untuk membangun Aceh yang lebih baik.