Menakar Pendamping Mualem di Pilkada Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : Ratnalia
Aduwina, S.Sos., M.Sc Dosen Fisip Universitas Teuku Umar. Foto: For Dialeksis.com
DIALEKSIS.COM | Aceh - Pertanyaan tentang siapa yang akan menjadi pendamping Muzakir Manaf(Mualem) telah menjadi buah bibir di seluruh Aceh. Berdasarkan data tracking media, terdapat beberapa sosok yang berpotensi maju berpasangan dengan Mualem. Merujuk pada rekomendasi DPD Gerindra Aceh, ada empat nama yang disodorkan ke DPP Gerindra, yaitu Safaruddin, Fadhullah, Sastra Winara, dan Prof. Adjunct Dr. Marniati, M.Kes.
Di luar itu, berkembang desas-desus yang menjadi bahan diskusi di warung kopi, yakni Tgk. H. Muhammad Yusuf A Wahab (Tu SOP Jeunieb). Bahkan muncul sosok baru yang digadang-gadangkan sangat cocok menjadi pendamping Mualem, yaitu Taqwallah. Informasi yang diperoleh menyebutkan alasan sederhana karena loyalitas dan terbukti sebagai pekerja keras. Tak kalah tajinya personal Muslim Ketua DPD Demokrat Aceh masuk dalam radar kandidat kuat yang mewarnai calon pendamping Mualem.
Dari sekian banyak sosok yang berpotensi menjadi pendamping Mualem, hal terpenting adalah kemampuan untuk menambah kekuatan politik sehingga dapat maju sebagai pemenang di Pilkada Aceh 2024.
Menurut seorang akademisi, Aduwina dari FISIP Universitas Teuku Umar, berdasarkan penelusuran informasi dan data, calon pendamping Mualem yang memiliki modal besar, dukungan ulama, jejaring pusat dan internasional, serta memiliki banyak bisnis hanyalah Prof. Adjunct Dr. Marniati, M.Kes.
"Indikator-indikator tersebut ada pada Marniati berdasarkan informasi dan data yang saya dapatkan. Bukan berarti kandidat lain tidak memiliki modal, hanya saja tidak sebanyak yang dimiliki ibu Marniati," ungkapnya kepada Dialeksis.com (28/07/2024).
Ia melanjutkan bahwa dalam politik, tidak cukup hanya mengandalkan elektabilitas dan popularitas, tetapi kesiapan modal besar dan dukungan pusat menjadi kunci dalam meraih kemenangan di Pilkada Aceh.
"Terlebih lagi, DPP Gerindra sangat mendukung ibu Marniati menjadi pendamping Mualem. Hal ini dibuktikan dengan informasi bahwa dirinya sudah mampu dan terbukti menembus elit DPP Gerindra," ujarnya.
Namun, Aduwina menegaskan bahwa semua keputusan ada di tangan Mualem. Jika merasa butuh finansial yang besar, ada Marniati. Namun, jika ada kecenderungan takut berdampingan dengan sosok perempuan karena stereotipe bahwa perempuan tidak layak memimpin, maka bisa dipilih dari nama-nama lain yang ada.
"Jika itu terjadi, maka idealitasnya ada pada Fadhullah karena menyandang gelar ketua DPD Gerindra sekaligus memiliki relasi emosional karena sama-sama mantan eks Kombatan/GAM," tegasnya.
Kelayakan itu relevan jika pilihannya bukan pada perempuan tetapi sosok laki-laki. Namun, Aduwina menekankan bahwa kemampuan finansial Dek Pad, panggilan akrab Fadhullah, tidak sebesar Marniati.
"Kunci ada di DPP Gerindra dan di tangan Prabowo selaku presiden terpilih, termasuk restu dan dukungan Jokowi yang paling utama dalam menentukan pasangan Mualem dan arah sosok yang didukung pusat," terangnya.
Ketika Dialeksis bertanya mengapa hal tersebut penting, Aduwina menjawab bahwa saat ini kekuasaan masih dipegang oleh Jokowi. Artinya, siapa pun kandidatnya membutuhkan restu, dukungan, dan kerja politik Jokowi untuk memenangkan kandidat yang diusung di Pilkada Aceh.
Sekali lagi, percaturan politik lokal di Pilkada Aceh akan penuh kejutan, bukan hanya mengenai pendamping Mualem, namun juga siapa rivalitas yang akan berkompetisi menjadi lawan Mualem. Semua akan terjawab pada tanggal 27 - 29 Agustus 2024 ketika pendaftaran sudah ditetapkan oleh penyelenggara pemilu, yakni Komisi Independen Pemilihan Aceh.