DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dialektika politik menjelang Musyawarah Daerah (Musda) ke - 12 DPD Partai Golkar Aceh makin terasa menggelora.
Tidak hanya menjadi topik hangat di internal partai, perhelatan ini juga menjadi perbincangan serius di kalangan masyarakat, pengamat politik, dan komunitas warung kopi.
Dalam sebuah perbincangan eksklusif Owner Media Dialeksis.com, Aryos Nivada bersama Ketua Steering Committee (SC) Musda ke - 12 Partai Golkar Aceh, Syukri Rahmat di kanal Youtube Jalan Ary Official, terungkap banyak dinamika menarik yang mengiringi proses ini.
Syukri Rahmat menyatakan bahwa Partai Golkar memiliki posisi yang sangat strategis di kancah politik nasional maupun lokal.
Menurutnya, kekuatan Golkar bukan semata-mata pada usia partai atau sejarah panjangnya, tetapi karena sistem kaderisasi yang kuat dan konsistensi dalam menjalankan mekanisme organisasi.
"Golkar satu-satunya partai yang punya nilai strategis. Proses kaderisasi di dalamnya sangat kuat, dan denyut politiknya luar biasa, terutama di Aceh. Musda Golkar itu selalu jadi pembicaraan luas, bukan hanya oleh kader, tetapi juga masyarakat umum," ujar Syukri saat datang ke studio Jalan Ary.
Ia mengenang pengalamannya mengikuti Musda sejak 2009, di mana setiap gelaran selalu diiringi dinamika tinggi yang menjalar hingga ke tingkat DPD II kabupaten/kota. Hal ini, katanya, menjadi bagian dari pendidikan politik yang sehat bagi masyarakat Aceh.
Lebih lanjut, Syukri menegaskan bahwa Musda bukan hanya ajang memilih Ketua DPD I, melainkan juga forum strategis untuk merumuskan arah politik dan program kerja Golkar Aceh lima tahun ke depan. Ia menyebut, dalam Musda Golkar, pembahasan program kerja selalu didahulukan sebelum pemilihan ketua.
"Kita bukan sekadar pilih ketua. Musda itu forum penting untuk menyusun program kerja, target legislatif-eksekutif, penguatan organisasi, pengembangan kader, hingga strategi pengaruh Golkar di pemerintahan. Setelah semua keputusan musda ditetapkan, baru kita memilih ketua untuk menjalankannya," jelasnya.
Dalam menyikapi munculnya banyak nama calon ketua menjelang Musda, seperti Teuku Raja Keumangan (TRK), Muklis Takabea, Ampon Bang, Lukman CM hingga Andi Sunulingga, Syukri menilai fenomena ini sebagai bukti bahwa Golkar masih sangat diminati dan diperhitungkan.
"Bahkan dari luar partai, seperti Pak Bustami Hamzah, disebut-sebut ingin mencalonkan diri. Ini tanda bahwa Golkar menarik. Nama-nama ini mencuat di media dan diskusi warung kopi, artinya partai ini tetap seksi secara politik," ungkapnya.
Ia menyebut bahwa saat ini terdapat 29 pemilik suara sah dalam Musda, terdiri dari DPP, Dewan Pertimbangan Provinsi, pengurus demisioner, ormas pendiri dan yang didirikan, serta 23 DPD kabupaten/kota.
Syukri memastikan, sebagai ketua SC, ia tidak akan mencampuri preferensi dukungan, melainkan fokus pada penyusunan materi Musda yang substantif dan berkualitas.
Syukri juga menanggapi kritik dari sebagian kader terhadap kepemimpinan DPD I selama 10 tahun terakhir. Ia menyayangkan jika kritik itu dilontarkan di media, bukan melalui mekanisme resmi partai seperti Dewan Pertimbangan atau Mahkamah Partai.
"Golkar terbuka terhadap kritik, tetapi mari kita gunakan jalur-jalur yang ada. Jangan meludah ke piring sendiri. Kalau ada yang salah, datang ke DPD I. Jangan karena ingin maju di Musda, masa lalu malah dijadikan senjata untuk menyerang," tegasnya.
Dalam pandangannya, loyalitas kader bukan kepada individu, melainkan kepada institusi partai.
"Saya loyal kepada ketua, siapapun dia. Bukan karena sosoknya, tapi karena jabatan institusionalnya. Kalau saya dipercaya nanti oleh ketua baru, saya akan tetap loyal. Ini etika berpartai," ucapnya mantap.
Merespons tudingan bahwa Golkar mengalami krisis kader karena minimnya kader muda yang berani tampil, Syukri menilai itu sebagai tafsir yang kurang tepat.
Menurutnya, banyak kader yang mampu, tetapi memahami konteks bahwa perubahan tidak selalu berarti mengubah total, melainkan bisa dalam bentuk keberlanjutan yang lebih baik.
"Tidak semua orang ingin jadi ketua, tapi mereka tetap berkontribusi besar untuk partai. Jangan artikan itu sebagai krisis kader. Soal pasang dua kaki dan oportunisme, itu soal karakter pribadi. Tapi jangan biarkan Golkar dibangun di atas fitnah dan intrik," ujarnya lugas.
Terkait peluang nama-nama besar seperti Andi Sinulingga, Syukri menyebut bahwa hingga Musda benar-benar dilaksanakan, semua kader memiliki kesempatan yang sama. Bahkan mereka yang berasal dari luar struktur pun tetap sah mencalonkan diri asalkan memenuhi syarat, termasuk melalui diskresi Ketua Umum.
"Jangan ragukan loyalitas kader seperti Pak Andi. Beliau kader tulen. Kalau ada diskresi ketua umum, tetap dikembalikan ke forum Musda. Siapapun yang dipilih, itu hak suara forum. Kita tunggu saja," tuturnya diplomatis.
Syukri menggarisbawahi pentingnya Musda ke - 12 ini sebagai momentum penyegaran politik Golkar Aceh di tengah tantangan dinamika lokal dan dominasi partai-partai lokal.
"Musda ini bukan hanya soal ketua. Ini tentang bagaimana Golkar menjawab tantangan Aceh hari ini dan lima tahun ke depan. Kita harus menyiapkan rekomendasi - rekomendasi penting, termasuk strategi agar Golkar tak sekadar bertahan, tapi juga memimpin," pungkasnya.