Pantun Penutup dan Ketegasan Syariat: Catatan Debat Pilgub Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : Ratnalia
Nasruddin atau yang akrab disapa Nyak Dhien Gajah.[Foto: For Dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Aceh - Mantan eks kombatan yang kini menjadi pengusaha kuliner Aceh di Kota Medan, Nasruddin atau yang akrab disapa Nyak Dhien Gajah, mengamati dengan seksama jalannya debat kandidat Pilgub Aceh. Menurutnya, pasangan Mualem-Dek Fadh menunjukkan performa yang lebih meyakinkan dalam memaparkan visi-misi dibanding rival politiknya.
"Saya melihat cara penyampaian visi dan misi paslon nomor urut 02 lebih terarah. Terutama saat menjelaskan implementasi syariat Islam, mereka menawarkan konsep yang jelas dan konkret," ujar Nyak Dhien kepada Dialeksis.com, Sabtu (26/10/2025).
Pengusaha yang pernah merasakan dinamika konflik Aceh ini menilai gagasan Mualem-Dek Fadh tentang pelibatan dayah dan ulama dalam penerapan syariat Islam secara kaffah terasa lebih membumi.
"Mereka menawarkan pendekatan sistematis, mulai dari pembinaan usia dini hingga dewasa," tambahnya.
Yang menarik perhatian Nyak Dhien adalah momen penutupan debat yang tak terduga. "Untuk pertama kalinya dalam sejarah debat Pilgub Aceh, ada pasangan calon yang menutup dengan pantun. Ini sesuatu yang baru dan mencerminkan kearifan lokal," katanya.
Namun, ia juga menyoroti beberapa kelemahan dalam debat tersebut. Pasangan nomor urut 01, khususnya Bustami Hamzah, dinilai terlalu sering mengulang kata "fokus" yang menunjukkan keterbatasan dalam pemilihan kata. Sementara itu, calon wakil gubernur nomor urut 01, Fadhil Rahmi, tampak kesulitan mengendalikan emosi.
"Seorang pemimpin seharusnya mampu mengendalikan emosi dalam situasi apapun. Itu modal dasar kepemimpinan," tegas Nyak Dhien, yang telah malang melintang dalam berbagai dinamika sosial politik Aceh.
Dalam pandangannya, cara Mualem-Dek Fadh menjawab pertanyaan lawan politiknya lebih solutif dan terukur. "Mereka tidak sekadar berbicara, tapi menawarkan program nyata yang bisa dieksekusi," jelasnya.
Masih menurut Nyak Dhien debat kandidat ini menjadi sorotan publik Aceh karena akan menentukan masa depan implementasi syariat Islam di wilayah yang memiliki otonomi khusus tersebut.
“Sebagai pejuang yang pernah merasakan langsung dinamika sosial politik Aceh, saya berharap siapapun yang terpilih nanti bisa membawa Aceh ke arah yang lebih baik,” pungkasnya. [ra]