Perilaku Politik Bustami Hamzah di Balik Sosok Pendiam
Font: Ukuran: - +
Reporter : Ratnalia
Firdaus Mirza Nusuary, sosiolog Universitas Syiah Kuala. Foto: Dialeksis.com
DIALEKSIS.COM | Aceh - Bustami Hamzah bukan politikus biasa. Ia birokrat yang lihai berpolitik. Di balik meja kerjanya sebagai Sekda Aceh definitif sekaligus Pj Gubernur Aceh, tersimpan ambisi yang tak kasat mata.
"Ia contoh nyata birokrat yang bermain politik tanpa meninggalkan meja kerja," ujar Firdaus Mirza Nusuary, sosiolog Universitas Syiah Kuala, kepada Dialeksis.com, Rabu, 17 Juli 2024.
Bustami menjalankan roda birokrasi bak maestro orkestra. Timnya bergerak seirama, masing-masing dengan peran terukur. Hasilnya? Birokrasi tetap berjalan di bawah kepemimpinannya, sekaligus menjadi mesin politik.
Namun, ada sisi menarik dalam kepemimpinannya. Dalam setiap posisi jabatan yang dipegang, Bustami langsung menyesuaikan setiap posisi jabatan struktural yang dinaunginya dengan mereposisi pejabat lama dengan pejabat yang loyal. "Ini memunculkan citra 'maestro birokrat'," kata Firdaus.
Rencana maju Pilkada menjadi bukti ambisi kelanjutan karir sang maestro birokrat. Namun dalam hal ini, ia terkesan lebih mementingkan karir politik ketimbang menuntaskan tugas negara. Padahal, tinta SK pengangkatannya belum kering betul.
Meski jarang tampil, Bustami piawai menggerakkan mesin birokrasi untuk kepentingan politiknya. "Ada perencanaan politik yang matang di balik kinerja birokrasi," ungkap Firdaus.
Gaya Bustami membuka tabir abu-abu antara birokrasi dan politik. Ambisi personal, loyalitas bawahan, dan persepsi publik bercampur dalam satu wadah jabatan. Bustami membuktikan, di tangan yang tepat, kursi birokrat bisa jadi batu loncatan politik yang ampuh. CopyRetry