DIALEKSIS.COM | Aceh - Kebijakan Hilirisasi Investasi Strategis yang dirumuskan pemerintah pusat mendapat sambutan antusias dari masyarakat Aceh Leuser Antara (ALA). Zam Zam Mubarak, Pengurus KP3ALA Pusat dan Tokoh Muda Aceh Tengah, menyatakan bahwa langkah ini sejalan dengan potensi sumber daya alam (SDA) di wilayah ALA yang mampu menopang ekonomi nasional.
“ALA memiliki kekayaan alam luar biasa, mulai dari kopi Gayo sebagai produsen arabika terbesar dunia hingga kawasan Leuser yang menjadi paru-paru dunia. Hilirisasi investasi strategis akan memperkuat nilai tambah ekonomi sekaligus menjaga kedaulatan sumber daya,” ujar Zam Zam dalam keterangan resmi, Senin (07/05)/2025.
Dia menekankan, kopi Arabika Gayo bukan hanya komoditas ekonomi, tetapi juga menjadi instrumen diplomasi budaya. “Kopi Gayo telah menjadi jembatan diplomasi Indonesia di kancah internasional. Ini momentum untuk memperkuat kerja sama global sekaligus mengenalkan budaya Gayo, seperti Tari Saman yang diakui UNESCO,” tambahnya.
Fakta bahwa Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono merupakan putra asli Takengon yang besar di Gayo dinilai sebagai peluang strategis. Zam Zam menyebut, latar belakang Menlu Sugiono dan pengoperasian PT. Tusam Hutani Lestari”perusahaan milik Menteri Pertahanan Prabowo Subianto”di wilayah Gayo menjadi bukti bahwa pemerintah pusat memahami potensi ALA.
“Kami mendorong Pak Menlu merumuskan diplomasi strategis berbasis SDA dan budaya lokal. Langkah ini harus didukung dengan percepatan pembentukan Provinsi ALA untuk memastikan kepentingan nasional terjaga,” tegasnya.
Zam Zam juga mendesak pemerintah kabupaten/kota di ALA menggagas program sister city dengan negara-negara pengimpor kopi Gayo dan negara peduli lingkungan.
“Misalnya, kerja sama dengan Jepang, Amerika Serikat, atau Uni Eropa yang menjadi pasar utama kopi kami. Ini juga bentuk apresiasi atas komitmen mereka menjaga Leuser,” paparnya.
Kawasan Leuser, yang menyimpan 70% cadangan karbon Sumatera, disebutnya sebagai aset vital menuju kemandirian fiskal. “Leuser harus dikelola dengan skema ekonomi hijau, seperti perdagangan karbon dan ekowisata. Ini akan menjadi kontribusi ALA bagi target emisi nol bersih Indonesia,” ujarnya.
Sebagai daerah penyumbang devisa dan diplomasi budaya, Zam Zam berharap Kementerian Luar Negeri memberikan perhatian khusus kepada ALA. “Provinsi ALA harus menjadi garda terdepan dalam memperkuat kepentingan nasional, baik melalui diplomasi kopi, lingkungan, maupun budaya. Kami siap bersinergi dengan pemerintah pusat,” tutupnya.