DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Setelah menunaikan shalat Jumat di Masjid Kodam Iskandar Muda (Babul Mawaddah), saya selaku pendiri media Dialeksis secara tak terduga bertemu dengan Drs. H. Teuku Muhammad Nurlif, S.E., Ketua DPD I Golkar Aceh. Beliau langsung mengajak saya berdiskusi sejenak untuk membincangkan dinamika partai.
Nurlif memaparkan eksistensi Golkar Aceh di bawah kepemimpinannya. Ia menegaskan bahwa seluruh kader Golkar, baik di tingkat daerah maupun nasional, tetap mendapat tempat di hati masyarakat Aceh dan Indonesia.
“Saya bersama kader serta seluruh unsur partai berhasil mempertahankan eksistensi Golkar di tengah dominasi partai lokal pada Pemilu 2019 dan 2024. Bahkan, kursi DPRK bertambah 6 kursi menjadi 88 dari sebelumnya 82,” ujarnya.
Di tingkat legislatif DPRA, Golkar disebutnya sebagai partai besar di parlemen setelah partai lokal. Sementara di DPR RI, kursi Golkar meningkat dari 2 menjadi 3 pada Pemilu 2024.
“Ini hasil kerja kolektif, bukan hanya saya. Tanpa sinergi internal dan eksternal, Golkar tak mungkin bertahan, apalagi berkembang seperti sekarang,” tegasnya.
Menurut Nurlif, kunci keberhasilan terletak pada struktur organisasi yang tertanam kuat, ebih dari separuh gampong di Aceh memiliki kepengurusan Golkar, lengkap hingga tingkat kabupaten. Selain itu, relasi dengan organisasi seperti Kosgoro, MKGR, dan SOKSI turut memperkuat basis partai. Di internal, organisasi underbow seperti AMPI, HWK, dan MDI juga berperan vital dalam meraih pencapaian satu dekade terakhir.
“Ikatan historis dan emosional dengan masyarakat Aceh yang mengakar menjadi fondasi keberhasilan ini,” jelasnya.
Ketika ditanya tentang calon penerus kepemimpinan Golkar Aceh, Nurlif menekankan bahwa sosok pemimpin harus visioner dan selaras dengan visi partai.
“Dukungan pemilik suara partai menjadi penentu,” tambahnya. Soal Musda ke - 12, jadwal akan disesuaikan dengan agenda DPP dan kesiapan ketua.
Mengenai posisi Golkar dalam pemerintahan, Nurlif menegaskan komitmen partai untuk mendukung program Gubernur Muzakkir Manaf dan Wakil Gubernur Fadhullah.
“Golkar lahir dari rakyat, maka kami akan terus berperan mensukseskan kebijakan pemerintah, baik di Aceh maupun nasional,” ucapnya.
Menurutnya,"Siapa pun kader Golkar yang merasa tidak diperhatikan atau tidak diberdayakan, seharusnya memanfaatkan jalur kepartaian yang ada, bukan ‘mem-blow up’ ke publik.” ungkapnya.
"Kerugian justru akan dirasakan oleh kader itu sendiri karena dianggap tidak mampu bersikap dewasa dalam berpolitik. Sebagai partai, Golkar tidak akan melemah hanya karena pernyataan semacam itu. Masyarakat Aceh baik kader maupun konsituen dapat melihat langsung berbagai capaian yang telah diraih selama satu dekade kepemimpinan saya di Golkar Aceh," jelasnya.
Prestasi lain yang dibanggakan adalah penghargaan Anugerah Keterbukaan Informasi Publik dari Komisi Informasi Aceh (KIA) kepada Golkar Aceh. Kepemimpinan Nurlif yang rendah hati namun tegas telah membawa partai ini menorehkan sejarah gemilang dalam dua Pemilu terakhir.
Di akhir diskusi, muncul pertanyaan reflektif: Mampukah kader penerus melampaui pencapaian Nurlif, atau justru eksistensi Golkar Aceh akan meredup di masa depan? Jawabannya hanya waktu yang mampu menuntaskan. Namun, satu hal pasti: jejak kepemimpinan T.M. Nurlif selama dua periode telah menjadi warisan berharga yang menginspirasi langkah politik Golkar ke depan.[ra]