DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto mengangkat kisah hubungannya dengan Muzakir Manaf dari awalnya berseteru menjadi bersatu di Rusia.
Kisah tentang Mualem ini disebutnya karena terinspirasi dari langkah Nelson Mandela yang menempuh jalan rekonsiliasi dengan mantan musuhnya.
Pemerhati Politik dan Pemerintahan Risman Rachman melihat itu sebagai sinyal bahwa Prabowo akan senantiasa mengambil langkah-langkah non militer dalam mengatasi masalah, termasuk dalam menghadapi lawan politik dan lawan negara.
“Pertama, dengan mengangkat kisah tentang Mualem Prabowo ingin mengatakan bahwa dirinya sudah meninggalkan jalan keras, termasuk untuk menghadapi musuh politiknya, bahkan musuh negara,” ujar Risman, Minggu (22/6/2025).
Untuk konteks Aceh, itu langsung terlihat dari langkah Prabowo mengambil alih kasus 4 pulau yang nyaris memantik api konflik antara Aceh dan Sumut. Bahkan, konflik vertikal antara Aceh dan Pusat.
“Itu kita bisa langsung bisa lihat dari cara Prabowo mengakhiri kasus 4 pulau Aceh, dan sebelumnya kasus pulau Raja Ampat ya,” sebutnya.
Menurut Risman, Prabowo memang harus melakukan langkah merumus ulang citra dirinya dan luar negeri juga berkepentingan mengetahui karakter kepemimpinan Prabowo.
“Soalnya, Prabowo kan lebih kaya citra militeristiknya ketimbang karakter kepemimpinan sipilnya sebagaimana yang melekat pada Susilo Bambang Yudhoyono,” tambah Risman.
Dan, kebetulan sekali rekonsiliasinya dengan Mualem paska damai hingga kesediaan Mualem menjadi bagian dari Gerindra dan kini menjadi Gubernur Aceh yang ikut diusung oleh Gerindra, bersama wakil dari Gerindra menjadi bukti konkrit dari politik rekonsiliasi Prabowo, termasuk dengan musuh politiknya di masa lalu.
“Prabowo kan juga mengajak banyak aktivis yang dahulu menjadi lawannya, jadi Mualem menjadi bagian dari peneguhan politik rekonsiliasi Prabowo yang disebutnya terinspirasi dari Nelson Mandela,” tambah Risman.
Mantan Direktur Koalisi NGO HAM Aceh itu mendorong Mualem untuk menjadikan pengakuan Prabowo atas hubungan baik itu untuk memajukan Aceh.
“Itu jangan jadi cek kosong ya. Isi dengan berbagai kepentingan Aceh, baik itu perpanjangan dana otsus, revisi UUPA, dukungan untuk rumah layak huni, pemberdayaan ekonomi kombatan, dukungan untuk korban konflik dan proyek strategis nasional untuk Aceh,” sebut Risman Rachman.
Hanya saja Risman mengingatkan agar Mualem tidak hanyut dalam lima tahun ini sehingga dapat memutarbalikkan sejarah perih dan pedih rakyat Aceh di masa konflik. []