Sekjend ISAD Ajak Pendukung Kandidat Jaga Persatuan dan Hindari Caci Maki di Pilkada Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Sekretaris Jenderal Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD), Dr. Teuku Zulkhairi. [Foto: Dokumen untuk dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sekretaris Jenderal Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD), Dr. Teuku Zulkhairi, menyampaikan pesan penting bagi masyarakat Aceh untuk menjaga persatuan dan menghindari perpecahan.
Teuku Zulkhairi menekankan bahwa perbedaan pilihan politik tidak boleh memicu caci maki dan permusuhan antarpendukung.
"Islam mengajarkan kita untuk menjauhi perpecahan dan permusuhan. Apalagi dalam Pilkada, kita harus tetap menjaga kerukunan dan menghormati perbedaan pilihan. Caci maki hanya akan merusak tatanan sosial dan menjauhkan kita dari nilai-nilai Islam," tegas Dr. Zulkhairi kepada Dialeksis.com, Ahad (29/9/2024).
Mengutip ayat Al-Qur'an dalam surah Ali Imran ayat 103, Dr. Zulkhairi mengingatkan bahwa umat Islam diperintahkan untuk berpegang teguh pada tali Allah dan tidak berpecah belah.
Sebelum datangnya Islam, katanya, masyarakat hidup dalam keadaan saling bermusuhan, tetapi setelah Islam datang, hati mereka dipersatukan.
Pesan ini relevan dengan situasi politik Aceh saat ini, di mana perbedaan dukungan politik kerap kali menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat.
"Pilkada seharusnya menjadi pesta demokrasi yang mengedepankan gagasan, program, dan solusi, bukan ajang untuk saling menebar kebencian. Perbedaan pilihan politik tidak boleh dijadikan alasan untuk memutus silaturahmi atau bahkan menimbulkan permusuhan," ujar akademisi yang juga dikenal sebagai aktivis Dayah tersebut.
Dr. Zulkhairi menambahkan, umat Islam di Aceh harus sadar bahwa persatuan dan ukhuwah (persaudaraan) adalah nikmat besar dari Allah yang harus selalu dijaga.
Menurutnya, Allah telah menyelamatkan umat dari jurang permusuhan di masa Jahiliyah, dan tugas umat saat ini adalah merawat persatuan yang telah diberikan tersebut.
“Jika kita terjebak dalam permusuhan hanya karena perbedaan pilihan dalam Pilkada, maka kita telah melupakan nikmat persatuan yang Allah berikan kepada kita. Jangan sampai hanya karena perbedaan kandidat, kita kembali ke jurang kehancuran,” tegasnya.
Dr. Zulkhairi juga memperingatkan bahwa dampak dari konflik politik tidak hanya akan terasa di dunia, tetapi juga bisa menjadi ancaman bagi keselamatan umat di akhirat.
Pilkada, lanjutnya, hanyalah satu proses untuk menentukan pemimpin, dan harus disikapi dengan cara yang bijak dan bermartabat.
“Perpecahan politik jika terus dipelihara bisa menimbulkan kehancuran sosial dan spiritual. Kita tidak ingin Aceh kembali terjebak dalam konflik yang berkepanjangan hanya karena perbedaan pilihan dalam Pilkada,” tambahnya.
Pesan moral yang disampaikan Dr. Teuku Zulkhairi sejalan dengan tradisi masyarakat Aceh yang sangat mengutamakan persaudaraan dan harmoni sosial.
Sebagai wilayah yang kental dengan budaya Islam, Aceh memiliki tanggung jawab lebih untuk menjadikan ajaran Islam sebagai panduan utama dalam menyikapi dinamika politik.
Sekjend ISAD ini mengajak seluruh masyarakat, terutama para pendukung kandidat dalam Pilkada Aceh, untuk tetap menjaga suasana politik yang sejuk, damai, dan penuh toleransi.
Ia berharap bahwa Pilkada 2024 bisa berlangsung dengan lancar tanpa ada perpecahan di tengah masyarakat, serta menghasilkan pemimpin yang mampu membawa perubahan positif bagi Aceh.
"Saatnya kita menunjukkan bahwa Aceh adalah contoh bagi demokrasi yang sehat, bermartabat, dan sesuai dengan nilai-nilai Islam. Mari kita jaga ukhuwah dan bersama-sama menghindari permusuhan demi Aceh yang lebih baik," pungkasnya. [nh]