Strategi Media Sosial Jadi Senjata Utama Kandidat di Pilkada Aceh Besar
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Pengamat politik dan hukum sekaligus akademisi Universitas Abulyatama, Usman Lamreung. [Foto: Dokumen untuk dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Memasuki dua pekan terakhir menuju hari pencoblosan, suhu politik di Aceh Besar semakin memanas dengan intensitas kampanye yang terus meningkat dari keempat pasangan calon bupati dan wakil bupati.
Setiap pasangan berlomba-lomba menonjolkan slogan dan janji politik untuk merebut hati pemilih dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Aceh Besar.
Menurut pengamat politik dan hukum sekaligus akademisi Universitas Abulyatama, Usman Lamreung, dinamika politik ini menandakan tingginya partisipasi dan minat masyarakat dalam menentukan pemimpin baru Aceh Besar.
"Para calon tampak aktif dalam melakukan manuver politik baik melalui kampanye terbuka, door-to-door, hingga penggunaan media sosial sebagai sarana efektif menjangkau pemilih," ujar Usman kepada Dialeksis.com, Rabu (6/11/2024).
Pasangan nomor urut 02, Mukhlis Basyah dan Tgk Muhammad Jazuli, misalnya, intens menggelar kampanye terbuka di sejumlah lokasi dengan melibatkan banyak simpatisan.
Mesin politik yang aktif menjadi keunggulan mereka, terlihat dari mobilisasi besar-besaran simpatisan ke berbagai basis pendukung.
"Tapi, tantangannya bukan hanya menghadirkan pendukung, melainkan memastikan bahwa niat memilih mereka tetap konsisten hingga hari pencoblosan," tambah Usman.
Pasangan nomor urut 01, Muharram Idris dan Syukri A. Jalil, serta pasangan nomor urut 04, Musannif dan Sanusi Hasyim, juga tak mau kalah.
Kedua pasangan ini kerap memanfaatkan media sosial dan media daring untuk mempromosikan program-program unggulan mereka.
Usman menyebut bahwa media sosial menjadi medan utama dalam strategi kampanye mereka, karena memungkinkan komunikasi yang luas dan interaktif dengan berbagai segmen masyarakat, terutama generasi muda yang semakin peka terhadap isu-isu sosial dan politik.
"Media sosial telah menjadi senjata penting dalam Pilkada kali ini. Pasangan calon nomor 01 dan 04 cukup aktif di sana, berusaha memikat pemilih muda yang semakin kritis," ungkap Usman.
Menurutnya, pengaruh media sosial akan sangat besar bagi pasangan yang pandai menggunakannya, terutama dalam membangun citra dan menebar narasi yang sesuai dengan aspirasi pemilih.
Sementara itu, pasangan nomor urut 03, Mawardi Ali dan Tgk Irawan Abdullah, dinilai oleh Usman memiliki keunggulan pada soliditas mesin partai pendukung mereka, yaitu PAN dan PKS.
Kedua partai ini dianggap memiliki loyalitas dan akar rumput yang kuat di Aceh Besar, memberikan keuntungan tersendiri bagi pasangan ini.
"Mesin politik PAN dan PKS, serta dukungan dari para loyalis, menjadi kunci keberhasilan pasangan nomor 03 dalam menarik suara pemilih setia. Meski lebih tenang dalam kampanye terbuka, namun pergerakan mereka di bawah permukaan cukup strategis dan terarah," kata Usman.
Selain itu, pasangan nomor urut 03 juga mendapat dukungan dari partai lokal PA yang ditopang oleh KPA, kekuatan politik yang dikenal solid dan ideologis.
Usman menjelaskan bahwa loyalitas basis pendukung PA sangat kuat dan bisa menjadi faktor penentu dalam Pilkada kali ini.
"Mesin politik PA-KPA di Aceh Besar merupakan kekuatan signifikan yang mampu memobilisasi pendukung hingga ke tingkat akar rumput," jelasnya.
Setiap pasangan calon, lanjut Usman, memiliki pengaruh signifikan dengan kekuatan dan kelemahan masing-masing. Salah satu faktor krusial dalam menentukan elektabilitas adalah figur calon wakil bupati, yang dalam beberapa pasangan membawa basis dukungan yang kuat.
"Contohnya, pasangan nomor 02 didukung simpatisan dayah, sementara nomor 03 memiliki loyalis PKS yang solid," paparnya.
Hal ini menunjukkan bahwa tak hanya calon bupati, namun posisi wakil bupati juga memainkan peran penting dalam meraup suara pemilih, terutama mereka yang memiliki kedekatan emosional dan ideologis.
Sisa waktu dua minggu ini menjadi peluang emas bagi setiap pasangan untuk terus memaksimalkan kampanye dan menyampaikan visi misi mereka.
Salah satu ajang yang sangat dinantikan adalah debat publik yang diadakan oleh KIP. Usman menilai, debat publik ini dapat menjadi momen krusial bagi pemilih rasional untuk menilai sejauh mana para kandidat memiliki visi yang jelas dan solusi konkret atas permasalahan Aceh Besar.
"Masyarakat Aceh Besar, baik yang memiliki kecenderungan rasional maupun emosional, tentunya menunggu debat ini. Mereka ingin melihat siapa pasangan calon yang benar-benar memahami permasalahan daerah dan memiliki visi yang realistis untuk kemajuan Aceh Besar," tuturnya.
Debat ini bukan hanya tentang gagasan besar, namun juga kemampuan kandidat dalam menyampaikan program yang aplikatif dan relevan.
Menurut Usman, pasangan yang mampu menguasai panggung debat dengan baik akan mendapat nilai tambah di mata pemilih, terutama yang masih belum menentukan pilihan.
Usman menekankan bahwa pemilih di Aceh Besar memiliki peran penting dalam menentukan arah masa depan daerah mereka, dan diharapkan mampu memilih pemimpin yang tidak hanya menjanjikan, tetapi juga dapat membuktikan janji tersebut demi kesejahteraan Aceh Besar.
"Pemilih rasional akan terpengaruh pada kandidat yang mampu menjelaskan program secara mendalam dan detail, karena ini akan menunjukkan kesiapan dan pemahaman mereka atas kondisi Aceh Besar," pungkasnya. [nh]