Waspada Hoaks, Pilih Pemimpin dengan Visi Pembangunan yang Jelas
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Rizki Amanda, Koordinator Masyarakat Anti Hoaks Aceh (MAHA). Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com.
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Rizki Amanda, Koordinator Masyarakat Anti Hoaks Aceh (MAHA), menyampaikan pentingnya peran generasi milenial sebagai garda terdepan dalam melawan hoaks di Aceh.
Menurutnya, generasi muda Aceh harus menjadi pilar utama dalam menyebarkan informasi yang benar dan meminimalisasi dampak negatif dari berita palsu yang terus menyebar di masyarakat, terutama menjelang pemilu.
“Peran MAHA, sebagai bagian dari generasi milenial, adalah memastikan masyarakat Aceh, khususnya generasi muda, lebih kritis dalam menyaring informasi. Kita tahu dampak hoaks dapat menggerogoti kepercayaan publik dan memicu perpecahan di masyarakat,” ungkap Rizki kepada Dialeksis.com, Minggu, 3 November 2024.
Menurutnya, MAHA telah berkolaborasi dengan berbagai elemen masyarakat untuk menciptakan edukasi dan sosialisasi anti-hoaks, terutama melalui diskusi, seminar, dan kampanye di media sosial yang dirancang untuk menjangkau kalangan muda.
Selain menyoroti peran MAHA dalam memberantas hoaks, Rizki juga menyampaikan harapannya terhadap sosok pemimpin masa depan Banda Aceh.
Menurut Rizki, pemilihan pemimpin di era saat ini sering kali dimanipulasi oleh kekuatan uang, yang menyebabkan terpilihnya pemimpin yang tidak mencerminkan kebutuhan serta aspirasi masyarakat secara menyeluruh.
“Kita melihat bahwa ada manipulasi yang sangat tinggi dalam pemilihan pemimpin. Banyak yang hanya memilih karena adanya iming-iming uang, bukan karena gagasan yang ditawarkan. Akibatnya, ketika pemimpin yang terpilih tidak sesuai ekspektasi, masyarakat pun mengeluh. Bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan pemimpin yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat kalau proses pemilihannya didasari pada manipulasi dan bukan pada kualitas gagasan yang mereka tawarkan?” tegas Rizki.
Rizki menekankan pentingnya memilih pemimpin yang memiliki visi inklusif, khususnya untuk menyuarakan hak semua golongan, termasuk penyandang disabilitas.
Ia menyoroti pengalaman MAHA yang sering berkolaborasi dengan komunitas penyandang disabilitas dan masih melihat kurangnya kebijakan yang ramah disabilitas di Banda Aceh.
"Masih ada kebijakan-kebijakan yang mengabaikan hak kelompok disabilitas. Untuk itu, kita berharap ke depan akan lahir pemimpin yang inklusif dan peduli pada hak semua lapisan masyarakat,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rizki mengungkapkan keprihatinannya terhadap masyarakat yang masih memandang remeh pentingnya pemimpin yang berbasis gagasan.
Menurutnya, banyak orang beranggapan bahwa siapapun pemimpinnya, tidak akan mempengaruhi kehidupan mereka secara signifikan.
Padahal, ia mengingatkan bahwa setiap kebijakan politik sangat berpengaruh terhadap harga kebutuhan pokok dan aspek-aspek lainnya dalam kehidupan sehari-hari.
“Masyarakat masih banyak yang berpikir, ‘Siapapun pemimpinnya, hidup saya di Banda Aceh ini ya begitu-begitu saja.’ Padahal, seluruh aspek kehidupan kita, mulai dari harga barang hingga kebijakan publik, dipengaruhi oleh keputusan politik. Makanya, perlu ada kesadaran untuk memilih pemimpin yang memiliki gagasan kuat, bukan sekadar karena kepentingan sesaat,” tambahnya.
Rizki menekankan bahwa masyarakat perlu lebih cermat dalam menilai narasi pembangunan yang ditawarkan para calon pemimpin.
Dalam pandangannya, hal ini penting agar ke depan Banda Aceh bisa menjadi kota yang inklusif dan memberikan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Ia berharap masyarakat bisa melihat apa yang ditawarkan oleh calon pemimpin dalam membangun Banda Aceh yang lebih baik, bukan sekadar janji-janji yang menarik di masa kampanye.
“Orang perlu melihat, apa gagasan yang ditawarkan oleh para kandidat? Apa narasi pembangunan yang akan mereka berikan untuk Banda Aceh ke depan? Kita butuh pemimpin yang punya visi dan niat untuk memajukan kota ini, bukan hanya yang pandai memanipulasi opini publik demi suara semata. Oleh karena itu, MAHA akan terus mendampingi masyarakat untuk bisa memahami apa yang menjadi tujuan dan arah pembangunan dari setiap kandidat yang mencalonkan diri,” ujarnya.
Rizki menegaskan komitmen MAHA dalam mendukung pendidikan politik yang sehat dan bebas dari hoaks di kalangan masyarakat Aceh.
Ia berharap dengan upaya MAHA dan dukungan dari generasi milenial, Banda Aceh dapat memiliki masa depan yang lebih baik dengan pemimpin-pemimpin yang amanah dan berdedikasi.
“Kita berharap masyarakat semakin kritis dan tidak mudah termakan hoaks. Dengan begitu, kita bisa meminimalisasi perpecahan dan memastikan pemimpin yang terpilih benar-benar berasal dari gagasan yang murni demi kemajuan Banda Aceh,” tutup Rizki.
- KIP Aceh Tamiang Hormati Putusan PTTUN Medan, Tunggu Arahan KPU RI
- Debat Kedua, Ketua KIP Aceh Ajak Kandidat Tawarkan Solusi Nyata untuk Perekonomian
- Jalan Buntu Hamdan Sati Kembali ke Panggung Tarung Pilkada Aceh Tamiang
- Hadapi Putusan PT TUN Medan, KIP Aceh Tamiang Ajukan Kasasi atau Siap Hadapi DKPP