kip lhok
Beranda / PON-XXI / Pijat Relaksasi dari Penyandang Disabilitas Warnai PON XXI 2024 Wilayah Aceh

Pijat Relaksasi dari Penyandang Disabilitas Warnai PON XXI 2024 Wilayah Aceh

Minggu, 15 September 2024 18:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Layanan pijat relaksasi bagi peserta dan pengunjung di media center PON. [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut 2024 tak hanya menjadi momentum bagi para atlet berprestasi, tetapi juga kesempatan emas bagi berbagai pihak untuk berkontribusi, termasuk komunitas penyandang disabilitas

Salah satunya adalah kolaborasi unik antara Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Provinsi Aceh dengan Panitia Pelaksana PON (PHP PON) yang menyediakan layanan pijat relaksasi bagi peserta dan pengunjung di media center PON.

Menurut Hamdanil, Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) PPDI Provinsi Aceh, komunitas penyandang disabilitas, khususnya tukang pijat, berperan penting dalam menjaga kebugaran dan relaksasi peserta PON. 

“Kami bangga bisa terlibat dalam kegiatan sebesar ini. Kolaborasi dengan PHP PON melalui media center ini menjadi wujud nyata bahwa penyandang disabilitas bisa memberikan kontribusi signifikan,” jelas Hamdanil yang telah bergelut di profesi pijat selama 30 tahun kepada media dialeksis.com, Minggu (15/9/2024).

PPDI Aceh memiliki klinik pijat yang berlokasi di Lamlagang, Jalur Susunaka. Sebagai penyedia jasa pijat terapis, Hamdanil dan timnya dihubungi oleh PHP PON untuk berpartisipasi di media center PON. 

“Kami diberi kontrak selama 13 hari untuk menyediakan layanan pijat relaksasi kepada peserta dan pengunjung di media center. Ini pengalaman luar biasa, kami sangat bersyukur dilibatkan dalam acara besar seperti PON,” tutur Hamdanil.

Selama delapan hari pertama bertugas di media center, tim pijat relaksasi dari PPDI Aceh telah melayani berbagai keluhan, mulai dari sakit leher, pundak, hingga sakit kepala. 

Hamdanil menjelaskan bahwa metode pijat yang digunakan timnya adalah pijat terapis dengan pendekatan relaksasi yang memastikan kenyamanan maksimal bagi setiap pelanggan. 

"Kami selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik. Keluhan seperti sakit leher, kepala pening, dan pundak yang pegal kami atasi dengan seksama menggunakan teknik terapi yang efektif,” ujar Hamdanil.

Tidak hanya memberi manfaat kesehatan, layanan pijat relaksasi ini juga mendapat sambutan positif dari para pengunjung. 

Hamdanil menceritakan bagaimana para pengunjung memberikan apresiasi atas profesionalisme dan dedikasi yang ditunjukkan oleh tim pijat. 

“Kami sering mendapat apresiasi dan motivasi dari para pengunjung. Itu sangat berarti bagi kami sebagai tukang pijat. Pengalaman ini membuat kami merasa diakui dan dihargai dalam melayani,” jelas Hamdanil.

Salah satu aspek menarik dari layanan pijat ini adalah bagaimana para terapis yang mayoritas adalah penyandang disabilitas dapat menghadirkan kenyamanan luar biasa. 

Menurut Hamdanil, layanan pijat yang diberikan oleh timnya terbukti mampu memberikan rasa puas kepada para pelanggan, baik peserta PON maupun tim media. 

"Saya sendiri sudah mencobanya dan saya merasa sangat puas. Kami berharap teman-teman yang telah menerima layanan pijat dari kami juga merasakan hal yang sama," tambahnya.

Dalam sehari, tim pijat PPDI Aceh diberikan target untuk melayani 10 orang. Namun, sering kali jumlah pelanggan yang dilayani melebihi batas tersebut. 

"Secara kontrak, kami diminta menangani 10 orang setiap hari, tapi ada kalanya kami menangani hingga 17 hingga 20 orang. Sebagai tukang pijat, kami selalu berusaha melayani siapapun yang membutuhkan, karena peluang seperti ini jarang datang,” ujar Hamdanil.

Meski demikian, Hamdanil menyadari bahwa kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan besar seperti PON sangat langka dan berharga. 

Oleh karena itu, tim pijat PPDI Aceh bekerja dengan sepenuh hati untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

Kolaborasi antara PPDI Aceh dan PHP PON tidak hanya berdampak positif bagi komunitas penyandang disabilitas, tetapi juga bagi masyarakat luas. Hamdanil merasa bahwa melalui kerjasama ini, pemerintah juga turut memberikan ruang bagi komunitas disabilitas untuk berperan aktif dalam kegiatan sosial dan ekonomi. 

"Kami bersyukur, walaupun hanya sedikit, kami bisa ikut menikmati manfaat dari anggaran besar PON yang kabarnya mencapai 800 miliar. Ini bukti bahwa pemerintah berbagi kepada masyarakat dan komunitas,” tutup Hamdanil. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda