Anis Matta, Menggagas Arah Baru Indonesia Lewat Garbi
Font: Ukuran: - +
Anis Matta, mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) telah ‘memulai genderang perang’ di kancah politik Nusantara dengan wacana mendirikan Partai Gerakan Arah Baru Indonesia (Garbi).
Anggota Majelis Syuro PKS ini ingin membawa negara Indonesia meraih keadilan dan kesejahteraan dengan cara baru.
Garbi bermula dari gagasan bernama Arah Baru Indonesia (ABI) yang ditiup Anis Matta sejak Pemilu 2014 ketika alumni Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta ini masih menjabat Presiden PKS.
Ia kemudian bersama sejumlah pejabat teras PKS terlibat dalam penggagasan ABI, di antaranya Mahfuz Siddiq, Fahri Hamzah, Jazuli Juwaini, Sukamta, (alm) Taufik Ridlo, dan Mahfudz Abdurrahman.
Orang dekat Anis sesama politikus PKS, Mahfuz Siddiq, mengakui Garbi memang berkaitan dengan ide ABI yang dirancang Anis Matta sejak 2013.
Ide ABI kemudian direncanakan menjadi agenda yang diusung PKS sebagai partai politik. Gagasan tersebut bahkan sudah mulai disosialisasikan ke pimpinan PKS di wilayah setelah pemilu 2014.
Menurut Mahfud, bahkan ketika pergantian kepengurusan di Majelis Syuro dan DPP PKS tahun 2015, Anis tetap melanjutkan sosialisasi ide ABI.
"Kita diskusikan terus sampai kemudian ada konstruksinya, kita sama-sama sepakati kasih nama Arah Baru Indonesia," ujarnya, seperti dikutip Tempo.co.
Wacana baru selalu mendapat tentangan. Pun ABI. Dalam perjalanannya, dimusuhi para pimpinan PKS era Sohibul Iman. Gagasan itu dituding sebagai ‘gerakan mengkudeta PKS’.
Anis Matta menyampaikan orasi politiknya pada acara wawasan politik Islam di Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Huda 2, Bayasari, Ciamis, Jawa Barat, Selasa (10/4/2019) sekaligus kampanyekan gagasan ABI. [FOTO: Republika]Bahkan menurut Mahfudz, gegara mengikuti diskusi ABI, banyak pengurus PKS di daerah dicopot. Ya sudah, kata dia, momentum itu justru makin menyulut semangat Anis Matta cs membentuk wadah alternatif untuk perjuangkan ABI.
Dari situlah lahir Organisasi Massa (Ormas) Garbi. Ormas berlambang Bintang Kejora ini bertujuan sebagai wadah perwujudan ide ABI yang tak diterima PKS.
Berawal dari Pilpres, nama Anis Matta mencuat dalam salah satu dari 9 nama Calon Presiden yang diusung PKS. Anis sendiri mengakui ingin disandingkan dengan Prabowo.
Di Teater Terbuka Taman Budaya Jawa Barat, Dago, Bandung, Sabtu 21 April 2018 malam, sekelompok orang yang menamakan diri Kelompok Anis Matta Pemimpin Muda menggelar acara deklarasi Anis Matta sebagai Presiden Republik Indonesia 2019.
Deklarasi itu dihadiri langsung Anis Matta. Dia pun mempopulerkan kembali Arah Baru Indonesia (ABI). Kader PKS yang menjadi loyalis Anis pun memakai kaos bertuliskan ABI.
Namun, DPP PKS tak memberikan Anis tiket Cawapres untuk Pilpres 2019. PKS bersama kaolisi parpol mengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno sebagai capres dan cawapres di Pilpres 2019.
Tak dapat restu nyalon, Anis sejenak diam. Namun beberapa bulan kemudian, Anis deklarasikan Ormas Gerakan Arah Baru Indonesia (Garbi) di Sumatera Selatan, 14 Oktober 2018. Deklarasi dihadiri di antaranya Fahri Hamzah dan Ketua Garbi Sumatera Selatan Amri Sudiono.
Deklarasi Garbi DKI Jakarta, Minggu (3/3/2019), dihadiri sederet tokoh politik, di antaranya Waketum Gerindra Fadli Zon. Fadli membacakan puisi buatannya berjudul 'Arah Baru'. [FOTO: detikcom]Dia menegaskan, kehadiran Garbi sekaligus merespon kondisi kebangsaan hari ini. Sebab, memasuki 21 tahun reformasi, belum banyak perubahan bisa dirasakan langsung masyarakat Indonesia.
Nama Anis Matta dengan Garbi kian populer per Juli 2019. Pada fase ini, terang-terangan Anis Matta cs menyeru transformasi Ormas Garbi menjadi Partai Politik (Parpol).
"Garbi akan bermetamorfosis nanti menjadi partai politik. Apakah nanti nama partai politiknya adalah Garbi atau tidak, itu masalah teknis," ujar Anis kepada sebuah media di Makassar, tanah kelahirannya.
Namun dia menegaskan, Garbi lebih dulu fokus menyebarkan ide ABI.
"Sekarang ini, kalau kita melihat dalam dua kali Pilpres terakhir tidak ada pertarungan ide-ide, karena itu saya mencoba menyodorkan ide ini (ABI)," ungkapnya.
Anis Matta cs gencar sosialisasikan Garbi yang ia sebut sebagai gerakan kebangkitan pemikiran. Tak hanya sebagai wacana pemikiran, gerakan ABI harus bermetamorfosis menjadi gerakan politik, sehingga ide ABI bisa menjadi satu visi dan misi negara.
Garbi akan menjadi wadah dalam menjual gagasan Indonesia menjadi kekuatan kelima dunia. Sedikitnya ada empat pilar atau modal utama Garbi, yaitu Islam, nasionalisme, demokrasi dan kesejahteraan.
Upaya Anis mewujudkan ‘Indonesia baru’ tampaknya akan berjalan mulus. Saat ini Ormas Garbi sudah menggurita di berbagai daerah. Tentakel pengikutnya sudah menyebar ke semua provinsi di Indonesia.
Sebagaimana dinyatakan Anis pada 14 Juli lalu, struktur Ormas Garbi telah terbentuk di semua provinsi. Anis pun menegaskan, dia akan keluar dari PKS jika nantinya Parpol Garbi terbentuk.
Siapa Anis Matta?
Pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan tahun 1968 ini bernama lengkap Muhammad Anis Matta.
Anis menghabiskan masa kecil dan remaja di beberapa daerah di Indonesia Timur. Lahir di Bone, sekolah dasar dilaluinya di SD Katolik Mathias I di Tual, Maluku Tenggara.
Ia kembali ke Bone dan lulus dari SD Inpres Welado, Bone. Kemudian ia masuk pondok pesantren pada usia SMP-SMA di Pesantren Darul Arqam, Gombara, Makassar.
Anis melanjutkan pendidikan setelah mendapat beasiswa di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta dan lulus Sarjana Syariah pada 1992. Sambil kuliah, ia giat mengikuti kursus bahasa Inggris di bilangan Salemba.
Selesai kuliah, Anis sempat menjadi dosen agama Islam di Program Ekstension Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok.
Salah satu aktivitas yang ditekuni Anis adalah berdakwah di masjid-masjid perkantoran di Jakarta.
Ia juga menekuni profesi sebagai pembicara dan konsultan pengembangan organisasi dan manajemen sumber daya manusia.
Anis sempat mengikuti program American Council for Young Political Leader (ACYPL) di Amerika Serikat (2000) dan Kursus Singkat Angkatan ke-9 Lemhanas.
Sebelum melenggang ke Senayan, penyuka sastra ini pernah mengemban beberapa jabatan. Diantaranya Direktur Pusat Studi Islam Al-Manar, Komisaris PT Indo Media Green Pages, dan Preskom PT Menara Inti Tijara.
Anis Matta kemudian menjadi anggota DPR RI 2004-2009, lalu Wakil Ketua DPR RI 2009-2014, kemudian berlabuh ke PKS. Alumni Lemhanas 2001-2006 ini menjabat Sekretaris Jenderal PKS 2003-2005, 2005-2010 dan Presiden PKS per 1 Februari 2013 - 10 Agustus 2015.
Selama menjadi Sekjen PKS, Anis meletakkan dasar-dasar perkaderan dan manajemen partai modern. Perhatiannya terhadap komunikasi dan media membuat iklan pemilu PKS kerap menjadi perbincangan.
Sebuah tantangan bagi Anis saat diangkat menjadi presiden dalam situasi badai yang menerpa PKS. Ia pun menggalang konsolidasi partai dengan tagline "Cinta. Kerja. Harmoni."
Hasil pemilu 2014 menunjukkan hasil kerja kerasnya bersama seluruh kader dan simpatisan partai. Walaupun jumlah kursi turun karena dinamika sistem pemilu, namun angka suara pemilih naik sekitar 3,3% menjadi 8,48 juta suara.
Di luar kiprah politiknya, Anis Matta yang merupakan anak keenam dari delapan bersaudara ini juga cukup produktif menulis buku.
Sejak 2002 hingga 2014 sudah 10 buku terbit dari goresan tangannya, diantaranya Mencari Pahlawan Indonesia (2004), Dari Gerakan Menuju Negara (2006), Integrasi Politik dan Dakwah (2007), Delapan Mata Air Kecemerlangan (2009), Momentum Kebangkitan (2014), dan Gelombang Ketiga Indonesia (2014).(Makmur Emnur/dbs)