Bukhari Menyatukan Disiplin dalam Nurani
Font: Ukuran: - +
Reporter : Bahtiar Gayo
Bukhari, Wakil Bupati Aceh Tenggara.[Foto: dok. agaaranews]
Tuhan sudah menggariskan perjalanan hidup seseorang. Ketika Tuhan menghempaskan manusia, walau setinggi apapun jabatanya dia akan tersungkur. Namun ketika Tuhan menaikan derajat manusia, sekuat apapun pihak yang menahanya, dia akan tetap bersinar.
Kisah perjalanan hidup ini diukir Bukhari, kini dia menjabat sebagai Wakil Bupati Aceh Tenggara. Awalnya dia hanya pedagang kaki lima yang mengais rejeki demi menghidupi keluarga. Namun kemudian Hanura, partai yang mendidik dan membesarkanya menjadikan dia sebagai tokoh politik yang diperhitungkan.
Lelaki kelahiran Simpang Semadam, 10 Februari 1964 ini, bukan pemain lama dalam dunia politik. Dia baru terjun ke hingar bingar kampanye pada tahun 2008. Sejak itulah namanya mulai diberkibar dan mampu meraih kursi satu satunya di Aceh Tenggara dari Partai Hanura.
“Waktu itu kalau saya tidak masuk ke Partai Hanura, berkemungkinan besar Hanura tidak bisa ikut pemilu di Aceh Tenggara. Hanura Partai Baru, namun berkat kepercayaan dan kegigihan semua pihak, ahirnya Hanura mendapatkan satu kursi di DPRK,” sebut Bukhari, Wakil Bupati Aceh Tengara dalam keterangan kepada media, ketika ditanya soal sejarah dia menggeluti dunia politik.
Semboyanya juga sederhana, “ Apabila pemikiran kita satukan dengan hati nurani. Sosial kita berangkat dari hati nurani, insya Allah nurani akan berbicara di Indonesia ini,” sebut Bukhari.
Awalnya Bukhari hanya sebagai pedagang kaki lima di Gayo Lues, dia merantau ke negeri Seribu Bukit untuk memperbaiki hidup sebagai pedagang. 20 tahun dia menggeluti dalam hiruk pikuknya pasar.
Kemudian dia ditawarkan kembali ke kampung halaman, negeri penghasil kemiri yang berbatasan dengan Sumatera Utara. Awalnya dia ragu, meninggalkan usaha yang telah ditekuninya selama 20 tahun.
Apalagi ketika disebutkan Partai Hati Nurani Rakyat, Partai yang belum dikenal luas oleh masyarakat. Baru pertama mengikuti konstestan Pemilu. Namun ahirnya keyakinanya mantap untuk melangkahkan kaki, memulai dunia baru dan terjun ke kancah politik.
“Kami akui, memang awalnya Hanura di Aceh Tenggara bergerak dari keterbatasan. Mungkin waktu itu, kalau kami masuk kami ke Hanura, berkemungkinan Hanura tidak ikut Pemilu di Aceh Tenggara,” sebutnya.
Harus diakui, sebutnya, semuanya minim sekali. Bahkan dari 5 Dapil, Hanura hanya mendapatkan satu kursi. Itu berkah awal kebangkitan, kenang mantan pedagang kaki lima ini.
Bukhari telah membawa sinar Hanura di negeri Taman Nasional Gunung Leuser ini semakin benderang. Ibarat pelita dalam kegelapan, Bukhari benar benar banyak belajar sebagai satu satu wakil Hanura di parlemen.
Sesuai dengan amanat AD/ART, sebutnya, ketaqwaan, kemandirian, kebersamaan, kerakyatan dan kesederhanaan menjadi motivasi, sekaligus diamalkan sebagai nilai dasar perjuangan Hanura. Seiring dengan perputaran waktu, tekad itu perlahan-lahan membuahkan hasil.
Bukhari menerapkan bagaimana membangun kebersamaan, membangun kerakyatan, melatih kesederhanaan, itulah yang dijadikanya menjadi bagian dari aktivitasnya. Apalagi partainya menyatakan hati nurani rakyat.
Bukhari dipercayakan sebagai ketua Hanura pada sejak 2010 sampai saat ini. Walau dia sebagai pemegang tampuk Hanura, dia tidak bersikap otoriter, memaksakan kehendak. Namun dia mendengarkan suara kebersamaan dalam menentukan sikap.
Ayah 4 anak ini membangun kebersamaan dan berkerjasama dengan menitik menitik beratkan kekuasaan kepada Pimpinan Anak Cabang (PAC). Perekrutan Caleg (Calon Legeslatif), misalnya, pihak DPC memberikan kekuasan PAC (Pimpinan Anak Cabang).
Persentasenya juga jelas, PAC itu mempunyai kekuasaan 60 persen, sementara DPC 40 persen, bahkan kadang kala DPC “mengalah”. Kalau PAC tidak menyetujui calon untuk kabupaten, pihaknya juga akan mendengarkan suara PAC.
“Kami pergunakan nurani, kami hargai para PAC, kami berikan mereka kekuasaan. Semuanya itu untuk Hanura. Kami tidak mengingankan partai yang sudah dibangun dengan susah payah ini memunculkan konflik internal,” sebut suami dari Kalisa Nurdia ini.
Hasilnya? Memang mengejutkan, bila awalnya Hanura di Aceh Tenggara bergerak dengan keterbatasan, namun setelah melalui proses dan pantang menyerah, partai ini ahirnya menuai hasil.
Pada pemilu 2014, Partai Hanura di Lawe Alas ini mampu mendudukan lima kadernya sebagai wakil terhormat pilihan rakyat. Sebuah perjuangan yang luar biasa, dari 30 kursi yang diperebutkan, Hanura mampu menyabet lima kursi.
Jumlah kursi itu, Hanura bisa mengusung 1 kandidat kepala daerah. Bukan hanya satu priode, pada pemilu 2017 kembali Hanura masih mendapat simpati rakyat, kembali Hanura merebut lima kursi di dewan dari 25 kursi yang diperebutkan.
Kekuatan dan hasil kerja keras Hanura itu telah mengantarkan Bukhari sebagai kandidat Wakil Bupati. Ahirnya Bukhari yang berpasangan dengan Drs.H. Raidin Pinim M.AP sebagai Bupati, memenangkan pemilihan pemimpin di sana.
Ada sesuatu yang “mengejutkan” seperti tertulis di media Nusa (Inspirasi Nusantara), walau Bukhari sudah terbilang sukses, mantan pedagang ini belum memiliki rumah pribadi. Bahkan rumah mertuanya yang dulu dia tempati, sudah hangus dilalap si jago merah awal Maret 2021.
Bukhari memang sederhana, mengandalkan nurari dan tetap disiplin dalam menentukan langkah kehidupan. Tuhan sudah memberikan kepada sebuah kepercayaan, menjadi tokoh politik. Tuhan sudah mengubah keadaan Bukhari dari pedagang kaki lima hingga menjadi pejabat public.
Amanah yang disematkan Tuhan kepadanya, kira tidak membuat lupa diri.Tuhan bisa saja mengambil yang sudah diberikan. Kapan saja dan kepada siapa saja. Selagi masih dipercayakan memegang amanah itu, pelihara dan jaga.
Semuanya ada masanya. Dan setiap masa ada orangnya, perputaran dunia sudah menjadi sebuah garis kehidupan, manusia tidak mampu mempridiksinya, manusia hanya berkewajiban serius dan sungguh dalam berusaha. Bukhari sudah membuktikanya, dari pedagang kaki lima ahirnya menjadi orang nomor dua karena mengayuh bahtera Hanura. ****** Bahtiar Gayo