DIALEKSIS.COM | Jakarta - Maxim Belonogov, pendiri perusahaan transportasi online ternama Maxim, lahir dari keluarga sederhana di Provinsi Shadrinks, Rusia. Ayahnya meninggal saat ia masih kecil, memaksanya membantu sang ibu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tragedi kembali menghampiri di usia remaja ketika ibunya pun wafat, menjadikannya yatim piatu. "Saya harus bekerja apa saja hanya untuk bertahan hidup," kenang Belonogov dalam sebuah wawancara.
Di usia belia, ia menjalani berbagai pekerjaan kasar: dari berjualan telepon bekas, bekerja di bengkel peralatan gas, hingga menjadi loader. Meski hidup serba kekurangan, tekadnya untuk menempuh pendidikan tak pernah padam.
Belonogov berhasil meraih gelar sarjana di bidang Automation of Technological Processes dari Kurgan State University pada 2012. Setelah lulus, ia mendirikan bisnis IT di Shadrinks. Sayang, usaha itu bangkrut. "Saya sempat putus asa, tapi kegagalan itu mengajarkan saya untuk lebih kreatif," tuturnya.
Pada 2003, Belonogov memulai bisnis pemesanan taksi via telepon dengan modal seadanya: stasiun radio dan antena pinjaman dari teman yang bekerja sebagai supir taksi. Usaha ini awalnya ilegal dan dioperasikan dari ruangan sempit. Namun, layanannya langsung diminati masyarakat, terutama di jam sibuk. "Kunci keberhasilan adalah memecahkan masalah nyata. Saat itu, orang kesulitan memesan taksi dengan cepat," jelasnya.
Pada 2007, ia mengembangkan aplikasi pemesanan taksi yang dinamai Maxim — diambil dari namanya sendiri. Aplikasi ini menjadi cikal bakal ekspansi bisnisnya ke berbagai negara, termasuk Indonesia pada 2018.
Kini, Maxim tidak hanya menjadi solusi transportasi di Rusia, tetapi juga di 15 negara, termasuk Indonesia. Ribuan pengemudi di Tanah Air menggantungkan hidup pada platform ini. "Saya ingin menciptakan lapangan kerja yang memberdayakan, terutama bagi mereka yang terpinggirkan," ujar Belonogov.
Kisah hidupnya yang penuh liku menjadi inspirasi bagi banyak orang. Dari seorang yatim piatu yang bekerja serabutan, ia menjelma menjadi miliarder yang mengubah industri transportasi global. "Jangan takut bermimpi besar. Kegagalan hanyalah batu loncatan," pesannya.