H. A. Rahman Kaoy, tokoh Panutan Aceh Memenuhi Janji Ilahi
Font: Ukuran: - +
Aceh kembali berduka, kehilangan tokoh panutan ummat. Innalilahi wainna ilaihi rajiun. Kabar duka atas berpulangnya Drs Tgk H.A.Rahman Kaoy cepat menyebar. Ulama yang sudah banyak berbuat dan berjasa untuk negeri Serambi mekkah, meninggalkan alam pana ini, Sabtu (23/5/2020).
Hari terakhir Ramadan 1441 H, tepatnya pukul 07.05 WIB menjadi catatan ahir perjalanan di muka bumi untuk lelaki kelahiran Pidie, 20 Juli 1942. Almarhum menghembuskan nafas terahir di Gampong Tong Peria, Mutiara Timur, Pidie.
Sejak beberapa bulan terahir, almarhum terbaring sakit. Terjatuh di kamar mandi. Pihak keluarga memilih merawatnya secara intensif di kampung halamanya.
Aceh kini kehilangan sosok pemberani yang menyuarakan hati rakyat Aceh. Almarhum dikenal sebagai orator ulung, bergabung dengan MUI, sebagai Dekan di IAIN Ar Raniri, aktif dalam organisasi Islam.
H. A. Rahman Kaoy telah meninggalkan sejumlah tanda jasa yang bermanfaat untuk rakyat Aceh, salah satunya Masjid Oman di Lampriek Banda Aceh. Almarhum sebagai pengurus masjid, melobi pemerintah kerajaan Oman untuk membantu pembangunan masjid.
Dari berbagai catatan yang berhasil Dialeksis.com kumpulkan, sosok H. A. Rahman Kaoy, bukan hanya dikenal sebagai dosen dan terahir menjabat Dekan Fakultas Dakwah di IAIN AR-Raniry. Namun almarhum adalah pegiat dakwah yang mengabdikan dirinya untuk kepentingan ummat.
Semasa mudanya almarhum berdakwah keliling Aceh untuk mengembangkan syiar Islam. Julukan singa podium ditabalkan kepadanya, bukan hanya karena dakwahnya yang berapi-api, namun bernas, penuh makna dan berani.
Beliau bukan hanya pendakwah di level Aceh, namun sering diundang ke tingkat nasional. Almarhum beberapa kali diundang ke Mabes TNI untuk diminta nasihatnya sehubungan dengan perkembangan Aceh.
H. A. Rahman Kaoy pernah menjabat sebagai anggota MUI/MPU Aceh. Dipercayakan sebagai wakil ketua majelis adat Aceh. Tokoh yang turut mengembangkan managemen masjid melalui Dewan Masjid Indonesia (DMI), dan pengembangan remaja masjid melalui BKPM.
Almarhum juga dipercayakan sebagai pengurus Masjid Al Makmur Lampriet Banda Aceh atau lebih dikenal dengan Masjid Oman. Mantan Dekan Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry ini, selain menimba di pendidikan formal, namun “memburu “ ilmu dari trio tokoh Aceh.
Tgk. H. Daud Beurueh, Tgk. Abdullah Ujong Rimba dan Prof. Ali Hasyimi adalah tempatnya adalah tempat alrmahum bertanya dan mendapatkan petuah. Dari trio tokoh pergerakan Aceh ini, alrmarhum banyak mendapat pelajaran yang sangat berharga.
Selain itu bagi Ikada (Ikatan Santri Dakwah) sosok almarhum adalah ayah, guru dan sekaligus panutan. A. Rahman Kaoy tidak bisa dipisahkan dari IKADA tempat latihan pidato para mahasiswa IAIN Ar-Raniry yang kemudian berganti nama dengan LDDMI (Lembaga Dakwah DewanMahasiswa IAIN-AR-Raniry). Almarhum aktif membina lembaga dakwah ini.
Banyak sudah buku-buku khusus tentang Islam yang sudah digores dengan pena buah tangannya. Bukan hanya sampai disitu, A. Rahman kaoy dikenal sebagai budayawan, memiliki seni yang tinggi, maka tidak berlebihan bila almarhum selain dipercayakan di dewan adat Aceh, juga banyak mendapatkan penghargaan adat dan budaya.
Banyak sudah dai-dai berkualitas yang bermunculan di bumi Aceh, tidak terlepas dari peran almarhum. Tetesen darah ayah dan kakeknya sebagai ulama, diteruskan A. Rahman Kaoy kepada berbagai generesi penerusnya.
Ayahnya Ibrahim Kadir (Nyak Kaoy) adalah sosok ulama, demikian dengan kakek almarhum (Nyak Binti Tengku Muhammad Amin, Binti Tengku Nyak Tsuman) adalah sosok ulama panutan di masanya.
H. A. Rahman Kaoy, sebenarnya 5 saudara. Mereka berenam seayah seibu. Namun Tuhan menakdirkan perjalanan hidup seseorang, semua saudaranya di masa kecil dipanggil Ilahi, tinggallah armarhum bagai anak semata wayang.
Pada ahir tahun 1969 armarhum mempersunting gadis Tanjung Bale, Sumatra Utara, Elbi Hasan Basri. Seorang aktivis dan pejuang muslimah. Aktivis ini sebenar memiliki Aceh, dari darah keturunan ibunya. Kakek aktivis dari Tanjung Bale ini bernama H.M. Isyad Haitami yang merupakan keturunan Tiro.
Kini almarhum telah kembali keharibaan Ilahi, memenuhi janjinya setelah melaksanakan tugas mulai di Bumi Aceh. Banyak tanda jasa yang sudah ditorehkan untuk negeri ini. Singa podium yang dikenal berani dan disiplin ini telah melahirkan sejumlah generasi.
Selamat jalan akademisi, ulama, budayawan,aktivis, pegiat kemanusian. Semoga amal ibadahmu selama hayat, menjadi catatan mengantarmu ke jannah. Amin. (Bahtiar Gayo)